Kaum disabilitas memiliki kebutuhan yang sama dengan masyarakat umum lainnya. Apalagi bila sudah masuk ke ranah publik. Disisi lain, hal ini tidak sejalan dengan fasilitas yang ada termasuk dalam hal pekerjaan. Masih sedikit lapangan kerja yang terbuka bagi para penyandang disabilitas, meskipun Undang-Undang Tentang Penyandang Disabilitas mewajibkan instansi pemerintah dan swasta menyediakan kuota bagi kaum disabilitas.
Menurut Survei Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap
jumlah penduduk tersebut penyandang disabilitas di Indonesia mencapai sekitar
22,5 juta orang pada tahun 2022. Jumlah tersebut telah meningkat dari tahun
2021 yang sebesar 16,5 juta. Penelitian yang sama menunjukkan bahwa hanya 7,6
juta dari 17 juta penyandang disabilitas usia produktif yang bekerja.
Data di atas bukanlah jumlah yang sedikit. Di
sisi lain, penyandang disabilitas berhadapan dengan paradigma berpikir yang
kerap mendiskriminasi golongan ini, meskipun secara legal penyandang
disabilitas di Indonesia punya hak yang diatur dalam UU No. 8 tahun 2016.
Secara internasional, hak-hak penyandang disabilitas pun baru diakui melalui
Konvensi PBB yang dibentuk 2006, dan kemudian diratifikasi pada 2011. Konvensi
PBB ini menjadi titik mula peran negara dalam mengakui hak kaum
disabilitas.
Namun pelaksanaan Undang-Undang belum
sepenuhnya diterapkan secara optimal. Berangkat dari problem di atas, Elmi Sumani Ismau seorang pemudi asal Kupang, NTT membentuk Gerakan Advokasi Transformasi Disabilitas Untuk Inklusi
(GARAMIN) NTT pada 14 Februari 2020. Bersama lima orang temannya, Elmi ingin turut
ambil bagian. Hal ini lantaran ia melihat para penyandang disabilitas di wilayahnya
masih dianggap selalu membutuhkan belas kasihan dan seharusnya diurus oleh
dinas sosial. Ia ingin mengubah mindset bahwa para penyandang
disabilitas juga bisa menjadi pemimpin jika diberikan akses dan kesempatan
serta juga dapat berkontribusi dalam pembangunan dan program tujuan pembangunan
berkelanjutan yang inklusif.
Komitmen Elmi Untuk Tetap Berdaya
Elmi
pernah mengalami kecelakaan pada 2010 yang membuat kedua kakinya harus
diamputasi. Namun kesedihan akibat kecelakaan itu tidak mematahkan semangatnya
untuk terus bersekolah dan melakukan berbagai aktivitas. Salah satu impiannya
adalah membentuk organisasi difabel dan bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang
S2.
Impiannya terwujud satu persatu. Organisasi yang mewadahi para difabel dengan nama GARAMIN terbentuk di tengah kondisi pandemi. Namun, meski baru berdiri di tengah kondisi pandemi COVID-19, beragam kegiatan telah dilakukan. Seperti turut serta memberikan edukasi terkait virus COVID-19 dan bantuan pendampingan kepada para penyandang disabilitas di Kupang. Para penyandang disabilitas diberi akses agar bisa mendapatkan vaksinasi COVID-19 yang sulit didapatkan karena terkendala administrasi karena tak memiliki e-KTP dan KK. Pada april 2021, GARAMIN juga turut membantu dalam penanganan Badai Seroja yang menerjang NTT kala itu. Para relawan juga terjun langsung ke lokasi bencana dengan melewati medan yang terjal untuk membantu teman-teman disabilitas di lokasi bencana.
Di
tengah kegiatan yang rutin dilakukan, GARAMIN berharap kedepannya semakin
banyak tersedianya alat bantu bagi para penyandang disabilitas, dan juga akses
dan fasilitas bagi disabilitas di tempat-tempat umum di NTT. Hal ini guna
meningkatkan kapasitas kelompok difabel di desa-desa bahwa mereka juga bisa
berdaya.
Sebagai
sebuah lembaga sosial masyarakat (LSM) yang inklusif, saat ini GARAMIN memiliki
25 anggota yang 15 orangnya penyandang difabel dan 10 orang nondifabel. GARAMIN
punya misi untuk menyosialisasikan kepada masyarakat tentang inklusi difabel.
Ada pula kampanye terkait, dilakukan melalui sosialisasi diskusi dengan
mengajak bercerita (sharing), berbagi informasi, serta pengalaman
tentang difabel.
Berkat
adanya GARAMIN, para penyandang disabilitas punya wadah yang mereka secara spiritual bahwa mereka memiliki kekuatan
berdaya untuk berkarya. GARAMIN juga berkembang
menjadi wadah untuk memberikan dukungan
dan inklusi bagi difabel sehingga bisa mendapat berbagai akses untuk
meningkatkan kemampuan dan kontribusinya kepada masyarakat.
Sumber
: IDN Times
Mendapat Apresiasi
Langkah
Elmi bersama GARAMIN nyatanya tak sia-sia. Meski sejak awal ia hanya coba-coba
mendaftarkan diri dalam ajang SATU Indonesia Awards, ia akhirnya menjadi salah
satu penerima apresiasi tersebut. Apresiasi
yang ia terima dengan Kategori Khusus: Pejuang Tanpa Pamrih di Masa
Pandemi COVID-19 kini telah disandang Nona Elmi. Harapannya GARAMIN ingin
merealisasikan desa inklusi yang saat ini masih terus digarap sehingga bisa
menjadi contoh bagi 64 desa yang berada di Kupang.
Apa
yang telah dilakukan oleh Elmi tentu menjadi contoh bagi kita. Ditengah keterbatasannya
ia justru melakukan hal yang luar biasa hingga memberi manfaat bagi orang di
sekitarnya. Baginya keterbatasan bukanlah penghalang untuk bisa meraih mimpi.
https://www.satu-indonesia.com/satu/satuindonesiaawards/finalis/sahabat-difabel-dari-kupang/
https://www.idntimes.com/life/inspiration/anjar-triananda-ramadhani-1/kisah-inspiratif-elmi-sumarni-ismau-c1c2
https://garamin.org/
Komentar
Posting Komentar