Dua belas tahun lalu saya adalah mahasiswa yang cukup aktif dalam organisasi kampus. Saya sempat aktif sebagai anggota BEM fakultas dan masuk bidang Penalaran dimana salah satu fokusnya adalah mengadakan seminar atau workshop di tingkat fakultas. Pengalaman inilah yang saat itu membuat kemampuan public speaking saya meningkat meski saya belum pernah menjadi pembicara dalam sebuah event. Saat itu, saya cukup aktif memberikan komentar atau pertanyaan saat berada dalam forum diskusi. Ya, meski rasa grogi bahkan takut melakukan kesalahan dalam berpendapat namun saya terus memberanikan diri untuk berbicara di publik.
Dua belas tahun berlalu, saya berpikir kemampuan itu seolah tak terpakai terlebih setelah saya menikah dan mempunyai anak. Saya lebih banyak belajar tentang sesuatu yang dekat dengan keseharian saya sebagai seorang istri dan ibu. Hingga suatu hari saya pernah diminta untuk mengisi diskusi kecil tentang kepenulisan karena saya aktif menulis di media dan juga menulis blog. Rasa grogi dan takut salah hingga membuat saya keringat dingin muncul ketika saya hendak sharing pengalaman menulis pada audiens yang hadir saat itu. Meski diawal beberapa audiens terlihat tak memberi respon ketika sesi sharing, Namun, Alhamdulillah saya mendapat feedback yang cukup membuat saya merasa lega dan berpikir "saya bisa".
Pengalaman itulah yang membuat saya tertarik untuk mengikuti talkshow yang diadakan oleh komunitas Indonesian Social Bloggerpreneur (ISB) yang berjudul "The Importance of Public Speaking " dengan pembicara hebat, Mbak Alia Rahma.
Jujur saya pribadi selalu tertarik ikut acara yang pembicaranya sudah menggeluti bidang tersebut. Sebab sudah dipastikan bahwa ia sudah punya pengalaman dan kompetensi yang mumpuni. Beliau adalah seorang New Anchor, journalist dan communication consultant yang sudah tidak diragukan lagi kemampuannya.
Public Speaking bukan sekedar Kemampuan Berbicara
Dulu saya selalu berpikir bahwa publik speaking hanya soal kemampuan berbicara atau mengeluarkan kata-kata di depan publik. Namun hal ini terbantahkan saat saya ikut talkshow ini. Public Speaking bukan hanya soal berbicara tapi juga soal memahami audiens.
Mbak Alia menjelaskan bahwa menjadi pembicara hebat tidak harus lahir dengan kemampuan bicara yang bagus. Semua orang bisa menjadi pembicara hebat jika bersedia melatih dirinya.
"Public speaking bukan soal pandai bicara, tapi soal terasah,"
Dalam konteks ini beliau mengatakan bahwa ada 3 hal dengan apa yang disebut sebagai speaker impact. Pada faktanya hanya 7% orang terpengaruh dengan apa yang kita katakan. Sedangan pengaruh terbesar ada apa yang dilihat orang tentang kita (55%)
Sebenarnya Kalau kita merasa gugup atau takut salah itu hal yang wajar terjadi. Namun bagaimana kita merespon hal ini yang harus kita siasati.
Menurut Mbak Alia, Ada 3 hal yang harus diperhatikan saat menghadapi situasi seperti ini. Pertama, Situation based atau memahami situasi.
"Yang pertama harus kamu ingat adalah situasinya."
Jadi kenali diri kita agar kita bisa memahami situasi yang ada di depan kita.
Kedua, Audiens based. Pahami dengan siapa kita berbicara, latar belakangnya apa. Apakah dia mahasiswa, pejabat atau yang lainnya sehingga kita bisa menyesuaikan dengan audiens atau lawan bicara kita.
Ketiga, Goal based. Tetapkan tujuan atau target yang jelas dalam setiap pembicaraan. Kita harus menguasai materi yang akan disampaikan.
3PBCOS : Langkah untuk Handling Nervous
"Merasa nervous itu normal, semua orang pasti pernah mengalaminya”.
lalu gimana sih biar kita nggak nervous atau gugup? Beliau menyampaikan langkah untuk menghilangkannya dengan 3PBCOS. Yuk kita bahas satu per satu
Positive Intention – Niatkan berbicara untuk menyampaikan sesuatu yang bermanfaat. Setiap kita kalau punya kesempatan untuk berbicara di publik dalam sebuah event pasti berharap dapat feedback yang bagus dari audiens. Sayangnya, emang nggak selalu sesuai harapan kita. Tapi minimalnya kalau kita punya positive intention, harapan kita adalah bahwa yang kita sampaikan adalah hal positif dan sesuatu yang bermanfaat
Preparation – kalau kita Persiapkan materi dengan baik pasti kita akan lebih percaya diri dalam menyampaikannya
Pray – Berdoa sebelum berbicara agar diberi kelancaran.
Breath and control. Atur napas agar lebih tenang dan kendalikan diri kita. Menurutku aktivitas ini tuh ngga berguna banget saat kita dalam kondisi panik atau stres.
Smile – Senyum akan membuat suasana lebih nyaman baik untuk diri kita maupun audiens.
Membangun Verbal dan Nonverbal Communication
Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam public speaking. Dalam paparannya, mbak Alia menyebutkan dengan istilah PAPAVIPP yang merupakan bagian dari komunikasi verbal dalam public speaking.
Pace atau kecepatan berbicara. Jangan sampai audiens nggak paham dengan apa yang kita sampaikan karena kita terlalu cepat menyampaikannya.
Articulation
Jelas atau tidaknya berucap sangat mempengaruhi hasil keluarnya suara.
Pitch atau nada
Penting untuk mengontrol nada suara kita. kapan saatnya harus tinggi begitu juga sebaliknya.
Accentuation (aksen)
Aksen apa yang kita bawakan sesuaikan dengan acara
Volume
Besar kecil suara kita berpengaruh terhadap pesan yang kita sampaikan kepada khalayak.
Intonation
berikan penekanan terhadap pesan penting yang ingin publik ketahui.
Pronounciation
Jika ada bahasa asing yang digunakan, pastikan bahwa kita sudah melatih cara pelafalannya dengan baik dan tepat.
Pause (Jeda)
Jeda berfungsi untuk memberikan kesempatan pada audiens untuk mencerna apa yang mereka terima.
Tak hanya komunikasi verbal, kemampuan public speaking yang hebat juga didukung dengan komunikasi nonverbal seperti postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, gestur dan juga penampilan.
Benar memang apa yang disampaikan oleh mbak Alia bahwa kemampuan public speaking itu adalah bukan soal pandai bicara tapi soal terasah. Semakin terlatih diri kita maka semakin kompeten. Seperti materi tambahan yang mbak Alia sampaikan dalam tema "personal Branding"
Saat beliau bertanya, sebenarnya personal branding itu untuk siapa? Untuk orang lain atau untuk kita. Jawaban peserta 50:50. Sebagian menjawab untuk diri kita tapi sebagian untuk orang lain.
Faktanya personal branding adalah bukan tentang kita tapi tentang nilai apa yang tersemat dalam diri kita dihadapan publik.
"How do you see me?" Pertanyaan simpel yang mungkin bisa kita tanyakan pada orang-orang terdekat tentang diri kita. Sehingga kita bisa tau, kemampuan dan kompetensi kita juga kelemahan kita.
Talkshow ini benar-benar membuka pikiran dan hati saya tentang materi public speaking dan personal branding.
Terimakasih ISB, semoga kedepan ada kesempatan untuk ikut program-program bagus lainnya dari ISB.
Komentar
Posting Komentar