Judul diatas merupakan salah satu judul film pendek
berdurasi lima menit(diposting oleh akun Youtube: Ihsan Nur Azizi) yang cukup membuat saya tertarik sebab realitasnya ada dan
terasa. Kebetulan sedang iseng mencari film-film pendek yang berisi kritik
sosial, akhirnya terpaut dengan film ini
untuk sedikit memberi inspirasi opini lewat film tersebut.
Film ini menggambarkan tentang kondisi Indonesia dan rasanya
sepertinya saya tidak perlu menggambarkan ulang lewat tulisan ini sebab apa
yang ada dalam film tersebut sudah kita lihat sendiri baik lewat TV, sosial
media atau langsung di depan mata kita sendiri. Negeri ini memang sudah “mati”
rasa. Tak ada rasa iba terhadap sesama, tak punya rasa malu bahkan rasa-rasanya
pemimpin negeri inipun telah lupa diri. Lihat saja, tak hanya rakyatnya yang
rusak dan tertinggal, rupanya pemimpin kitapun begitu. Entah siapa yang
ikut-ikutan, saya jug tak tahu.
Rasanya memang terlalu panjang jika harus bercerita tentang
negeri ini. Sebab seolah kita sedang berada dalam lingkaran setan yang tak tau
dimana ujungnya. Terlalu banyak masalah hingga tak tau harus darimana menyelesaikannya.
Tapi bukan berarti tak ada harapan. Sebab negeri ini dulu
pernah dijajah. Semua rakyatnya tunduk pada penjajah. Berabad-abad lamanya
rupanya tak menyurutkan bangsa ini untuk bebas dari penjajahan. Memang kondisinya
berbeda. Tapi yang pasti negeri ini sama-sama sedang dijajah walaupun dengan
penjajahan gaya baru. Harapan baru itu tentu harus mencul diantara generasi
hari ini. Walaupun mayoritasnya telah tergerus oleh budaya asing yang seenaknya
meracuni tapi semangat untuk bangkit dan bebas dari keterjajahan masih ada.
Lewat secercah komitmen untuk bebas tentu harus punya arah
yang jelas. Negeri ini mau diarahkan untuk bebas kearah mana? Jangan sampai
kondisi hari ini terulang dimasa depan. Tak ada yang mau jatuh untuk yang kedua
kali apalagi berkali-kali di lubang yang sama. Pun tak elok rasanya jika masih
percaya dengan sistem ini. Sebab jika terus menyalahkan rezim agaknya semenjak
negeri ini merdeka realitasnya tak jauh berbeda. Bahkan lebih parahnya malah
makin buruk.
Saya pribadi menawarkan islam. Bukan karena sebatas bahwa
islam bisa menjadi pilihan Tapi lebih karena ini merupakan tuntutan sebagai
bukti ketundukan pada pencipta alam semesta. Rasanya kurang apik jika kita
hidup di bumi yang dibuat olehNya tapi tak mau tunduk pada aturannya. Lebih dari
itu, memang tak ada lagi sistem yang bisa ditawarkan sebab penjajahan hari ini
telah membuat kita menghamba pada aturan buat buatan manusia. Lalu tak inginkah
kita merasakan kembali hidup dibawah aturanNya yang diri kita hanya menghamba
padaNya? Semoga bisa kita renungi dan segera mengambil langkah untuk
membebaskan negeri ini.
Komentar
Posting Komentar