Jumat lalu dan memang sedang ada libur kerja, suami mengajak saya untuk pergi ke tempat percetakan. Niatnya memang sudah lama ingin mencetak sebuah buku yang sudah lama diutak-atik untuk diedit. Tapi karena memang sekalian ingin jalan-jalan akhirnya suami mengajak saya untuk ikut. Ditambah juga karena perjalanan yang cukup jauh, suami ingin da yang menemani agar bisa sambil menikmati perjalanan yang ditempuh.
Ternyata memang lumayan jauh. Butuh waktu sekitar 3 jam untuk sampai kesana. Belum lagi jalur yang kami pilih adalah jalur dengan jalanan yang berbukit dengan tanjakan dan turunan yang cukup ekstrim. Ditambah suhu yang lumayan menusuk denga hawa dingin pegunungan membuat kami ingin selalu berhenti dan mampir sejenak ke toilet. 😊
Alhamdulillah sampai di tempat tujuan dengan selamat. Setelah selesai menyelesaikan beberapa agenda di tempat percetakan maka kamipun pulang. Kami menyegerakan untuk langsung pulang dan tak mampir kemana-mana sebab sudah sangat lelah. Walaupun beberapa kali rasanya ingin berhenti karena sudah tak nyaman duduk terlalu lama di motor tapi kami tahan karena kami sudah ingin selonjoran.
Kamipun sampai sekitar jam 4 sore dan alhamdulillah kami tak terjebak hujan walaupun saat itu sudah sangat mendung. Lelah membuat kami ingin beristirahat dan menikmati makanan hangat sebagai penghilang rasa lapar.
****************
Hakikatnya hidup kita layaknya sebuah perjalanan. Dunia memang tempat tinggal kita saat ini. Namun ia sejatinya hanya "tempat percetakan". Jika telah selesai urusan maka kita akan sangat rindu untuk kembali ke rumah. Bahkan Rasulullah mengibaratkan hidup kita di dunia seperti seorang musafir atau orang yang safar (melakukan perjalanan)
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua pundakku, lalu bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’[dan persiapkan dirimu termasuk orang yang akan menjadi penghuni kubur (pasti akan mati)].”
Maka sejatinya tak layak bagi kita untuk membangga-banggakan "harta" yang kita miliki di dunia ini kecuali hanya sekedar mengumpulkan bekal untuk kembali ke akhirat. Wallahu'alam
Ternyata memang lumayan jauh. Butuh waktu sekitar 3 jam untuk sampai kesana. Belum lagi jalur yang kami pilih adalah jalur dengan jalanan yang berbukit dengan tanjakan dan turunan yang cukup ekstrim. Ditambah suhu yang lumayan menusuk denga hawa dingin pegunungan membuat kami ingin selalu berhenti dan mampir sejenak ke toilet. 😊
Alhamdulillah sampai di tempat tujuan dengan selamat. Setelah selesai menyelesaikan beberapa agenda di tempat percetakan maka kamipun pulang. Kami menyegerakan untuk langsung pulang dan tak mampir kemana-mana sebab sudah sangat lelah. Walaupun beberapa kali rasanya ingin berhenti karena sudah tak nyaman duduk terlalu lama di motor tapi kami tahan karena kami sudah ingin selonjoran.
Kamipun sampai sekitar jam 4 sore dan alhamdulillah kami tak terjebak hujan walaupun saat itu sudah sangat mendung. Lelah membuat kami ingin beristirahat dan menikmati makanan hangat sebagai penghilang rasa lapar.
****************
Hakikatnya hidup kita layaknya sebuah perjalanan. Dunia memang tempat tinggal kita saat ini. Namun ia sejatinya hanya "tempat percetakan". Jika telah selesai urusan maka kita akan sangat rindu untuk kembali ke rumah. Bahkan Rasulullah mengibaratkan hidup kita di dunia seperti seorang musafir atau orang yang safar (melakukan perjalanan)
Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua pundakku, lalu bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’[dan persiapkan dirimu termasuk orang yang akan menjadi penghuni kubur (pasti akan mati)].”
Maka sejatinya tak layak bagi kita untuk membangga-banggakan "harta" yang kita miliki di dunia ini kecuali hanya sekedar mengumpulkan bekal untuk kembali ke akhirat. Wallahu'alam
Komentar
Posting Komentar