Langsung ke konten utama

Meninggalkan (Jejak) Reuni OPEy (Part 1)


Kurang lebih sudah satu pekan berlalu gabung di WAG Reuni OPEy yang dipelopori oleh mbak Alga Biru. Sebetulnya, saya tidak mengenal satupun atau berteman dengan orang-orang yang tergabung dalam reuni tersebut walaupun pernah satu grup di kelas penulisan OPEy sebelumnya. Sehingga saya lebih banyak menjadi sider (silent reader). Lebih dari itu setidaknya saya tau, mereka yang tergabung dalam grup OPEy adalah mayoritas orang-orang hebat yang nama-nama mereka sudah beredar mengisi berbagai rubrik khususnya kolom opini baik media online ataupun cetak. Dan bahagianya, reuni tak sekedar reuni yang hanya diisi dengan saling sapa ataupun temu kangen. Reuni ini reuni istimewa dan “berdaging”. Ada asupan materi dari mbak Alga yang menambah pengetahuan tentang dunia menulis dan lewat tulisan ini saya ingin sedikit merangkum dari apa yang pernah saya peroleh.
Menulis adalah salah satu sarana untuk menyampaikan gagasan untuk itu bagi seorang penulis baik pemula ataupun yang sudah profesional menulis bukan lagi sekedar habit tapi juga harus dijadikan sebagai need. Karena dengan “need’ maka ia akan berpartisipasi aktif, positif dan memiliki tujuan. Sehingga harapannya menulis tak sekedar rutinitas yang mengalir begitu saja tapi juga terukur karena memiliki tujuan.
Bagaimana kita bisa termotivasi untuk membuat aktivitas menulis itu menjadi habit dan need?nah, bicara motivasi sebetulnya motivasi terbesarnya ada dari dalam yaitu diri kita sendiri. Tantangan terbesar dalam diri kita adalah rasa malas. Maka kuncinya adalah kita keluar dari zona malas. Lalu perlukah semacam punishment atau reward? Rasanya ngga perlu. Cukup tanamkan rasa malu dalam diri kita, jika hasil tulisan yang kita sodorkan pada pembaca itu lagi, itu lagi. Nah maka penting bagi seorang penulis untuk menciptakan atmosfer literasi, caranya bisa dengan membuat jadwal sederhana antara menulis, membaca, berselancar ke wikipedia dan KBBI, mengikuti seminar atau workshop penulisan, menonton dan lain sebagainya. Bahkan liburan juga bisa dijadikan sarana untuk menciptakan atmosfer literasi. Ingat! Penulis juga butuh istirahat dan liburan sebab penulis juga manusia (
nah jika sudah mulai menulis, lalu “apa potensi saya?”
“dari segmen mana saya memulai?”
Hanya diri kita yang tau apa sebenarnya potensi kita. Maka mulailah dengan apa yang kita sukai bukan apa yang orang lain hargai tentang kita. Dari rasa suka akan memunculkan gairah. Sebab orang yang sudah bergairah maka ia akan lebih memperhatikan usaha sendiri dibanding penghargaan orang lain terhadap diri kita. Menggali potensi adalah upaya memperbaiki hidup dan setiap orang punya PR untuk selalu membaiki hidupnya agar lebih baik. So, galilah potensi hidup diri kita dan teruslah menyelaminya hingga kita tau “peran” apa yang akan kita ambil.
 Jadi inget ya, menulis ngga sekedar menulis. ada aktivitas lain yang mendukung agar tulisan kita kaya akan makna dan tentunya mudah dipahami oleh pembaca. Selain itu gali potensi dan ambil segmentasi yang mau kita ambil. Sebenarnya ada banyak hal yang belum saya catat disini. Kedepannya akan saya perbaiki. Kesan selama mengikuti kelas,  seru dan wow banget sama isi materinya.  Sedikit saran mungkin mba alga bisa ngasih referensi buku biar makin kegambar sama materi yang disampaikan.  Satu yang kurang dari reuni ini.. Adalah waktu yang kurang lama.. Hehe.. Biar ilmu yang diserap lebih banyak..

Semoga bermanfaat.
Noted : rangkuman ini adalah hasil rangkuman materi pertama. Untuk materi selanjutnya akan saya tulis dalam tulisan selanjutnya.

Majalengka, 12 April 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

3 Hal yang Bisa Diambil dalam Film "Miskin Susah Kaya Susah"

Beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah film tahun 2013 yang berjudul "Miskin Susah, Kaya Susah". Film ini diangkat dari sebuah cerpen berjudul "Pispot" karya Hamsad Rangkuti. Film ini sempat tayang di salah satu stasiun TV swasta di negeri ini.  Berkisah tentang sepasang suami istri miskin yang hidupnya begitu nelangsa di sebuah kampung kumuh di pinggiran kota. Mas Karyo (Epy Kusnandar) hanyalah seorang tukang tambal ban. Namun kenyataan pahit harus ia terima saat anaknya Tini menderita sakit tumor otak. Saroh, Sang istri meminta suaminya untuk membawa anaknya ke rumah sakit agar bisa ditolong dan ditangani pihak medis.  Mas Karyo menunggu orang yang mampir ke lapak tambal bannya Namun nasib ! ia hanya seorang tukang tambal ban yang tak punya penghasilan tetap. Di sisi lain ia merasa bimbang dan khawatir dengan kondisi Tini.berbagai upaya ia lakukan dari meminjam uang hingga menjual TV, satu-satunya barang berharga yang ia miliki. Namun...

Aktif kembali!

  sudah lebih dari setahun lewat beberapamhari akhirnya saya kembali membuka blog ini. tulisan pertama tahun ini, kira-kira tentang apa ya?  akhirnya diputuskan bahwa tulisan tahun ini akan dimulai tentang serba-serbi ilmu tentang rumah tangga. kenapa? karena kajian atau ilmu rumah tangga masih sangat sedikit. padahal ilmu rumah tangga ini sangatlah penting. tidak kalah pentingnya dengan ilmu parenting. So, tunggu postingan selanjutnya ya.  Jangan lupa follow blogku ya 😘 sekian

Membangun Asa Pemerataan Pendidikan di Wilayah Timur Indonesia bersama PFP

Sumber : pixabay.com Sudah tahun 2024, namun pemerataan pendidikan masih jadi PR di negeri ini . Negeri yang punya potensi besar, namun masyarakatnya masih jauh dari mimpi SDM yang berkualitas. Namun kita tak patut hanya mengkritik tanpa ada aksi nyata.  Ada cerita yang sering aku  dengar dari Ayahku, saat aku kecil. Dulu, ayahku  bercerita bahwa  ia sangat ingin sekali mengenyam pendidikan hingga Perguruan tinggi. Saat itu, ayahku adalah seorang siswa SMK. Namun saat beliau masih kelas dua,  keinginannya untuk bisa masuk perguruan tinggi harus kandas karena perubahan kebijakan di negeri ini. Beliau pun akhirnya bertekad agar semua anaknya bisa merasakan belajar hingga ke perguruan tinggi dan mimpi itu terwujud. Semua anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi.  Jika ayahku punya mimpi agar semua anak-anaknya bisa merasakan bangku kuliah, maka begitupun yang dilakukan oleh Bhrisco Jordy Dudi Padatu. Pemuda kelahiran Jayapura yang punya s...