Langsung ke konten utama

Menabung Amal

Semenjak tiga bulan yang lalu kami pindah menetap dari kota Cikarang ke Kabupaten Garut,  suami jadi lebih sering mengajar keluar kota.  Terkadang dalam satu minggu bisa 3-4 hari berada di luar Garut.  Dan terpaksa saya jadi lebih sering sendirian di Garut.  Tak enak memang,  terlebih sejak sebulan lalu kami menetap di sebuah rumah kontrakan yang terbilang luas untuk kami berdua.  Maka sayapun terkadang pulang ke rumah mertua atau menginap di rumah kawan karena suami merasa tak tega melihat saya sendirian di rumah.  Bukan apa-apa, Selain karena sendirian, suami merasa khawatir dengan keamanan saya selama beliau berada diluar kota.

Layaknya hidup hari ini sejatinya manusia memang akan selalu sendiri.  Terlebih jika nanti saatnya tiba kita berpindah alam, berpisah antara ruh dengan raga hakikatnya kita sendiri.
Jika sudah mati tak akan ada yang mau membersamai walau hanya sehari semalam kecuali apa yang telah kita tanam selama hidup di dunia.  Layaknya sabda baginda Rasulullah


“Ada tiga perkara yang mengiringi mayat. Yang dua kembali, sedangkan yang satu tetap tinggal bersamanya. Mayat diiringi keluarganya,hartanya, dan amalnya. Keluarganya, hartanya dan amalnya. Keuarga dan hartanya kembali . sedangkan amalnya tetap mengiringinya.” (HR.al-Bukhori dan Muslim)

Maka selayaknya tak ada yang perlu kita khawatirkan.  Toh, ketika nanti mati akan kembali sendiri tanpa ada satupun yang mau menemani sekalipiun ia adalah suami  atau istri yang selalu membersamai kita selama di dunia. Kelak di akhirat nanti, amal yang telah kita upayakan selama hidup di dunia akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Maka selama hidup dunia sejatinya hidup kita adalah untuk menabung.  Ya,  menabung amal. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

3 Hal yang Bisa Diambil dalam Film "Miskin Susah Kaya Susah"

Beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah film tahun 2013 yang berjudul "Miskin Susah, Kaya Susah". Film ini diangkat dari sebuah cerpen berjudul "Pispot" karya Hamsad Rangkuti. Film ini sempat tayang di salah satu stasiun TV swasta di negeri ini.  Berkisah tentang sepasang suami istri miskin yang hidupnya begitu nelangsa di sebuah kampung kumuh di pinggiran kota. Mas Karyo (Epy Kusnandar) hanyalah seorang tukang tambal ban. Namun kenyataan pahit harus ia terima saat anaknya Tini menderita sakit tumor otak. Saroh, Sang istri meminta suaminya untuk membawa anaknya ke rumah sakit agar bisa ditolong dan ditangani pihak medis.  Mas Karyo menunggu orang yang mampir ke lapak tambal bannya Namun nasib ! ia hanya seorang tukang tambal ban yang tak punya penghasilan tetap. Di sisi lain ia merasa bimbang dan khawatir dengan kondisi Tini.berbagai upaya ia lakukan dari meminjam uang hingga menjual TV, satu-satunya barang berharga yang ia miliki. Namun...

Aktif kembali!

  sudah lebih dari setahun lewat beberapamhari akhirnya saya kembali membuka blog ini. tulisan pertama tahun ini, kira-kira tentang apa ya?  akhirnya diputuskan bahwa tulisan tahun ini akan dimulai tentang serba-serbi ilmu tentang rumah tangga. kenapa? karena kajian atau ilmu rumah tangga masih sangat sedikit. padahal ilmu rumah tangga ini sangatlah penting. tidak kalah pentingnya dengan ilmu parenting. So, tunggu postingan selanjutnya ya.  Jangan lupa follow blogku ya 😘 sekian

Membangun Asa Pemerataan Pendidikan di Wilayah Timur Indonesia bersama PFP

Sumber : pixabay.com Sudah tahun 2024, namun pemerataan pendidikan masih jadi PR di negeri ini . Negeri yang punya potensi besar, namun masyarakatnya masih jauh dari mimpi SDM yang berkualitas. Namun kita tak patut hanya mengkritik tanpa ada aksi nyata.  Ada cerita yang sering aku  dengar dari Ayahku, saat aku kecil. Dulu, ayahku  bercerita bahwa  ia sangat ingin sekali mengenyam pendidikan hingga Perguruan tinggi. Saat itu, ayahku adalah seorang siswa SMK. Namun saat beliau masih kelas dua,  keinginannya untuk bisa masuk perguruan tinggi harus kandas karena perubahan kebijakan di negeri ini. Beliau pun akhirnya bertekad agar semua anaknya bisa merasakan belajar hingga ke perguruan tinggi dan mimpi itu terwujud. Semua anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi.  Jika ayahku punya mimpi agar semua anak-anaknya bisa merasakan bangku kuliah, maka begitupun yang dilakukan oleh Bhrisco Jordy Dudi Padatu. Pemuda kelahiran Jayapura yang punya s...