Langsung ke konten utama

Kemudahan Setelah Kesulitan



Pagi itu aku berencana untuk menemani suami mengajar di kota Tasikmalaya.  Pikirku, lumayan bisa sambil jalan-jalan daripada bosan di rumah. Perjalanan normal biasanya menghabiskan waktu sekitar dua jam perjalanan. Namun kami berinisiatif berangkat lebih pagi karena ingin mencoba track baru walaupun memang lebih jauh dengan selisih waktu tempuh 40 menit lebih lama.  Sebelum melewati jalan tersebut kami cek terlebih dahulu apakah jalan yang kami lewati lancar atau tidak.  Dan yang terpenting jalanan yang kami lewati bukan jalan sempit dan berbatu.  Setelah mengecek bahwa jalan yang akan kami lewati aman dan lancar serta bukan jalanan sempit dan berbatu kamipun mantap memilih jalur yang sudah kami pilih. 

Kami berangkat pukul 08.30 menyusuri daerah karangpawitan yang sering macet.  Dengan jalanan penuh asap kendaraan yang hitam kami melewati kemacetan hampir 10 menit lamanya. Selepas dari sana, alhamdulillah jalanan lengang dan lancar.  Sekitar sepermpat perjalanan setelah melewati wanaraja rupanya jalanan yang kami lewati adalah jalanan pedesaan yang menanjak dan sempit.  Walaupun masih lancar saya mulai merasa bahwa jalanan yang kami lewati mengarah ke gunung.  Benar saja,  kami kaget ketika kami terus melewati jalan yang terus menanjak dan makin sempit serta berbatu. Kamipun terhenti saat kami melihat jalanan tertutup oleh beberapa orang yang sedang mengeruk pasir. 

"Jalannya bener wi? Kita ngga nyasar kan?" tanya suamiku

"Bener kok mas,  itu ada akang2 yg mengeruk pasir kasih tanda kalau kita bisa lewat." jawabku sambil menunjuk salah satu dari mereka

Rupanya kami malah melewati jalan yang sedang dibuat.  Penuh batu besar dan tajam. Suamiku berpikir untuk putar balik namun tak jadi sebab tidak akan keburu kalau harus balik lagi ke arah jalur yang biasa dilewati.

"Jalannya memang berbatu gini a? Kira-kira berapa lama ya ke jalan utama?" tanya suamiku pada salah satu pemuda pengeruk pasir.

Iya a.  Ngga lama kok,  cuma memang nanjak ke gunung" 

"Mau kemana a?" Tanya salah seorang pemuda. 

"Ke Tasik a." jawab suamiku singkat

Setelah berpamitan kamipun meneruskan perjalanan yang penuh batu dan tanah.  Tak ada jalan beraspal seperti yang kami lihat pada google maps.
Lebih jauh lagi rupanya kami melewati jalur yang biasa dilewati motor gunung dengan track jalan tanah yang sempit disisi jurang-mungkin lebar jalannya hanya sekitar 50 cm-. Untungnya saat itu tak hujan.  Sebab jika hujan turun bisa-bisa kami masuk jurang.  Sesekali aku turun ketika jalan terasa licin dan menanjak.  Maklum,  motor suamiku adalah motor keluaran jadul yang kalau melewati jalan yang sangat curam agak berat untuk dinaiki 2 orang. 

Suamiku terus mengajakku untuk berdoa sembari menyusuri jalan.  Rasanya kakiku sudah mau patah ketika harus mrnanjak beberapa meter. Sekitar 5km mungkin kami melewati jalan tersebut tak berselang setelah itu akhirnya kami mrmasuki jalanan proyek pertamina di wilayah karaha Bodas.  Melewati jalanan yang lengang dan beraspal dengan pemandangan hutan pinus di sisi kanan dan kiri  kami merasa lega.  Kami merasa menemukan kesejukkan dan krdamaian setelah kelelahan melewati jalan tanah yang sempit dan menanjak. Kamipun sempat berhenti untuk melepas kelelahan di depan gerbang PT Mahakam yang dikelola pertamina.  Dan akhirnya kami sampai di kota Tasikmalaya tepat jam 11.30

**********************************************************************************************

Cerita diatas mungkin bisa menjadi salah satu gambaran bagi kita bahwa kehidupan ini tak hanya soal kehidupan yang terencana dan menyenangkan.  Terkadang dalam setiap perjalanan hidup, kita akan melewati jalanan mulus tanpa "kemacetan" tapi dalam perjalanan itupun kita harus melewati bahaya dan rintangan di depan mata.  Asal kita mau bersabar dan tetap bersyukur maka kita akan merasakan akhir yang indah buah dari kesabaran kita.  Setelah melewati jalan berbatu rupanya Allah beri kita keindahan  "jalanan" setelahnya hingga mendekati akhir tujuan kita.  

Benarlah firman Allah "sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar"7(Al-Anfaal :46)

Maka apapun yang kita jalani hari ini,  maka jalanilah dengan penuh kesabaran dan nikmatilah setiap prosesnya.  Sebab dari situ kita akan memahami bahwa setelah kesulita ada kemudahan.

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (Al Inshiroh: 5-6)

Wallahu'alam bish shawab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

3 Hal yang Bisa Diambil dalam Film "Miskin Susah Kaya Susah"

Beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah film tahun 2013 yang berjudul "Miskin Susah, Kaya Susah". Film ini diangkat dari sebuah cerpen berjudul "Pispot" karya Hamsad Rangkuti. Film ini sempat tayang di salah satu stasiun TV swasta di negeri ini.  Berkisah tentang sepasang suami istri miskin yang hidupnya begitu nelangsa di sebuah kampung kumuh di pinggiran kota. Mas Karyo (Epy Kusnandar) hanyalah seorang tukang tambal ban. Namun kenyataan pahit harus ia terima saat anaknya Tini menderita sakit tumor otak. Saroh, Sang istri meminta suaminya untuk membawa anaknya ke rumah sakit agar bisa ditolong dan ditangani pihak medis.  Mas Karyo menunggu orang yang mampir ke lapak tambal bannya Namun nasib ! ia hanya seorang tukang tambal ban yang tak punya penghasilan tetap. Di sisi lain ia merasa bimbang dan khawatir dengan kondisi Tini.berbagai upaya ia lakukan dari meminjam uang hingga menjual TV, satu-satunya barang berharga yang ia miliki. Namun...

Lakukan Hal ini untuk jadi Public Speaker yang Handal

Dua belas tahun lalu saya adalah mahasiswa yang cukup aktif dalam organisasi kampus. Saya sempat aktif sebagai anggota BEM fakultas dan masuk bidang Penalaran dimana salah satu fokusnya adalah mengadakan seminar atau workshop di tingkat fakultas. Pengalaman inilah yang saat itu membuat kemampuan public speaking saya meningkat meski saya belum pernah menjadi pembicara dalam sebuah event .  Saat itu, saya cukup aktif memberikan komentar atau pertanyaan saat berada dalam forum diskusi. Ya, meski rasa grogi bahkan takut melakukan kesalahan dalam berpendapat namun saya terus memberanikan diri untuk berbicara di publik.  Dua belas tahun berlalu, saya berpikir kemampuan itu seolah tak terpakai terlebih setelah saya menikah dan mempunyai anak. Saya lebih banyak belajar tentang sesuatu yang dekat dengan keseharian saya sebagai seorang istri dan ibu. Hingga suatu hari saya pernah diminta untuk mengisi diskusi kecil tentang kepenulisan karena saya aktif menulis di media dan juga menulis...

Negeri Tanpa Rasa (ODOP Day 27 of 99)

                                          https://www.youtube.com/watch?v=79FQRiBPPPQ Judul diatas merupakan salah satu judul film pendek berdurasi lima menit(diposting oleh akun Youtube: Ihsan Nur Azizi) yang cukup membuat saya tertarik sebab realitasnya ada dan terasa. Kebetulan sedang iseng mencari film-film pendek yang berisi kritik sosial,  akhirnya terpaut dengan film ini untuk sedikit memberi inspirasi opini lewat film tersebut.   Film ini menggambarkan tentang kondisi Indonesia dan rasanya sepertinya saya tidak perlu menggambarkan ulang lewat tulisan ini sebab apa yang ada dalam film tersebut sudah kita lihat sendiri baik lewat TV, sosial media atau langsung di depan mata kita sendiri. Negeri ini memang sudah “mati” rasa. Tak ada rasa iba terhadap sesama, tak punya rasa malu bahkan rasa-rasanya pemimpin negeri inipun telah lupa diri. Lihat saja, tak han...