Langsung ke konten utama

Serba serbi Tentang Resensi

"Persaingan untuk menulis resensi buku dan memperebutkan peluang untuk bisa dimuat di koran tidaklah sesulit yang dibayangkan jika dibandingkan dengan memperebutkan ruang opini, esai, cerpen atau puisi." 
(N. Mursidi)

Memiliki pengalaman lebih dari  lima belas tahun dalam dunia menulis khususnya resensi buku, N. Mursidi memang layak disebut ahli dalam resensi buku. Tak ayal ia pernah dijuluki "raja resensi" oleh salah satu wartawan koran Jurnal Nasional. 

Buku "Tip Sukses Meresensi Buku Di Koran. Jurus Jitu Mendulang Uang" ini berangkat dari pengalaman saat penulis merintis menjadi peresensi buku. Tak hanya itu, selain mengupas secara detail hingga ke tataran teknis meresensi, penulis juga menjelaskan berbagai keuntungan menjadi peresensi. Di akhir bab penulis juga memberi gambaran teknis menulis genre lain seperti opini dan cerpen. 

Bahkan agar pembaca memiliki gambaran yang jelas, buku ini juga dilengkapi dengan contoh-contoh resensi penulis yang telah dimuat di media massa. Duh lengkap banget ya..
Nah, buat yang penasaran tentang tip-tipnya, buku ini bisa jadi rujukan terutama buat peresensi pemula. Happy reading. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

3 Hal yang Bisa Diambil dalam Film "Miskin Susah Kaya Susah"

Beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah film tahun 2013 yang berjudul "Miskin Susah, Kaya Susah". Film ini diangkat dari sebuah cerpen berjudul "Pispot" karya Hamsad Rangkuti. Film ini sempat tayang di salah satu stasiun TV swasta di negeri ini.  Berkisah tentang sepasang suami istri miskin yang hidupnya begitu nelangsa di sebuah kampung kumuh di pinggiran kota. Mas Karyo (Epy Kusnandar) hanyalah seorang tukang tambal ban. Namun kenyataan pahit harus ia terima saat anaknya Tini menderita sakit tumor otak. Saroh, Sang istri meminta suaminya untuk membawa anaknya ke rumah sakit agar bisa ditolong dan ditangani pihak medis.  Mas Karyo menunggu orang yang mampir ke lapak tambal bannya Namun nasib ! ia hanya seorang tukang tambal ban yang tak punya penghasilan tetap. Di sisi lain ia merasa bimbang dan khawatir dengan kondisi Tini.berbagai upaya ia lakukan dari meminjam uang hingga menjual TV, satu-satunya barang berharga yang ia miliki. Namun...

Aktif kembali!

  sudah lebih dari setahun lewat beberapamhari akhirnya saya kembali membuka blog ini. tulisan pertama tahun ini, kira-kira tentang apa ya?  akhirnya diputuskan bahwa tulisan tahun ini akan dimulai tentang serba-serbi ilmu tentang rumah tangga. kenapa? karena kajian atau ilmu rumah tangga masih sangat sedikit. padahal ilmu rumah tangga ini sangatlah penting. tidak kalah pentingnya dengan ilmu parenting. So, tunggu postingan selanjutnya ya.  Jangan lupa follow blogku ya 😘 sekian

Membangun Asa Pemerataan Pendidikan di Wilayah Timur Indonesia bersama PFP

Sumber : pixabay.com Sudah tahun 2024, namun pemerataan pendidikan masih jadi PR di negeri ini . Negeri yang punya potensi besar, namun masyarakatnya masih jauh dari mimpi SDM yang berkualitas. Namun kita tak patut hanya mengkritik tanpa ada aksi nyata.  Ada cerita yang sering aku  dengar dari Ayahku, saat aku kecil. Dulu, ayahku  bercerita bahwa  ia sangat ingin sekali mengenyam pendidikan hingga Perguruan tinggi. Saat itu, ayahku adalah seorang siswa SMK. Namun saat beliau masih kelas dua,  keinginannya untuk bisa masuk perguruan tinggi harus kandas karena perubahan kebijakan di negeri ini. Beliau pun akhirnya bertekad agar semua anaknya bisa merasakan belajar hingga ke perguruan tinggi dan mimpi itu terwujud. Semua anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi.  Jika ayahku punya mimpi agar semua anak-anaknya bisa merasakan bangku kuliah, maka begitupun yang dilakukan oleh Bhrisco Jordy Dudi Padatu. Pemuda kelahiran Jayapura yang punya s...