Senin, 09 Oktober 2023

Dari Elmi Ismau untuk Wujudkan Inklusifitas Bagi Disibilitas

Kaum disabilitas memiliki kebutuhan yang sama dengan masyarakat umum lainnya. Apalagi bila sudah masuk ke ranah publik. Disisi lain, hal ini tidak sejalan dengan fasilitas yang ada termasuk dalam hal pekerjaan. Masih sedikit lapangan kerja yang terbuka bagi para penyandang disabilitas, meskipun Undang-Undang Tentang Penyandang Disabilitas mewajibkan instansi pemerintah dan swasta menyediakan kuota bagi kaum disabilitas.  

Menurut Survei Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap jumlah penduduk tersebut penyandang disabilitas di Indonesia mencapai sekitar 22,5 juta orang pada tahun 2022. Jumlah tersebut telah meningkat dari tahun 2021 yang sebesar 16,5 juta. Penelitian yang sama menunjukkan bahwa hanya 7,6 juta dari 17 juta penyandang disabilitas usia produktif yang bekerja.

Data di atas bukanlah jumlah yang sedikit. Di sisi lain, penyandang disabilitas berhadapan dengan paradigma berpikir yang kerap mendiskriminasi golongan ini, meskipun secara legal penyandang disabilitas di Indonesia punya hak yang diatur dalam UU No. 8 tahun 2016. Secara internasional, hak-hak penyandang disabilitas pun baru diakui melalui Konvensi PBB yang dibentuk 2006, dan kemudian diratifikasi pada 2011. Konvensi PBB ini menjadi titik mula peran negara dalam mengakui hak kaum disabilitas.  

Sumber : Dok. Astra

Namun pelaksanaan Undang-Undang belum sepenuhnya diterapkan secara optimal. Berangkat dari problem di atas, Elmi Sumani Ismau seorang pemudi asal Kupang, NTT membentuk Gerakan Advokasi Transformasi Disabilitas Untuk Inklusi (GARAMIN) NTT pada 14 Februari 2020. Bersama lima orang temannya, Elmi ingin turut ambil bagian. Hal ini lantaran ia melihat para penyandang disabilitas di wilayahnya masih dianggap selalu membutuhkan belas kasihan dan seharusnya diurus oleh dinas sosial. Ia ingin mengubah mindset bahwa para penyandang disabilitas juga bisa menjadi pemimpin jika diberikan akses dan kesempatan serta juga dapat berkontribusi dalam pembangunan dan program tujuan pembangunan berkelanjutan yang inklusif.

Komitmen Elmi Untuk Tetap Berdaya

Elmi pernah mengalami kecelakaan pada 2010 yang membuat kedua kakinya harus diamputasi. Namun kesedihan akibat kecelakaan itu tidak mematahkan semangatnya untuk terus bersekolah dan melakukan berbagai aktivitas. Salah satu impiannya adalah membentuk organisasi difabel dan bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang S2.

Impiannya terwujud satu persatu. Organisasi yang mewadahi para difabel dengan nama GARAMIN terbentuk di tengah kondisi pandemi. Namun, meski baru berdiri di tengah kondisi pandemi COVID-19, beragam kegiatan telah dilakukan. Seperti turut serta memberikan edukasi terkait virus COVID-19 dan bantuan pendampingan kepada para penyandang disabilitas di Kupang. Para penyandang disabilitas diberi akses agar bisa mendapatkan vaksinasi COVID-19 yang sulit didapatkan karena terkendala administrasi karena tak memiliki e-KTP dan KK. Pada april 2021, GARAMIN juga turut membantu dalam penanganan Badai Seroja yang menerjang NTT kala itu. Para relawan juga terjun langsung ke lokasi bencana dengan melewati medan yang terjal untuk membantu teman-teman disabilitas di lokasi bencana.

Di tengah kegiatan yang rutin dilakukan, GARAMIN berharap kedepannya semakin banyak tersedianya alat bantu bagi para penyandang disabilitas, dan juga akses dan fasilitas bagi disabilitas di tempat-tempat umum di NTT. Hal ini guna meningkatkan kapasitas kelompok difabel di desa-desa bahwa mereka juga bisa berdaya.

Sebagai sebuah lembaga sosial masyarakat (LSM) yang inklusif, saat ini GARAMIN memiliki 25 anggota yang 15 orangnya penyandang difabel dan 10 orang nondifabel. GARAMIN punya misi untuk menyosialisasikan kepada masyarakat tentang inklusi difabel. Ada pula kampanye terkait, dilakukan melalui sosialisasi diskusi dengan mengajak bercerita (sharing), berbagi informasi, serta pengalaman tentang difabel.

Berkat adanya GARAMIN, para penyandang disabilitas punya wadah yang  mereka secara spiritual bahwa mereka memiliki kekuatan berdaya untuk berkarya. GARAMIN juga berkembang menjadi  wadah untuk memberikan dukungan dan inklusi bagi difabel sehingga bisa mendapat berbagai akses untuk meningkatkan kemampuan dan kontribusinya kepada masyarakat.

Sumber : IDN Times

Mendapat Apresiasi

Langkah Elmi bersama GARAMIN nyatanya tak sia-sia. Meski sejak awal ia hanya coba-coba mendaftarkan diri dalam ajang SATU Indonesia Awards, ia akhirnya menjadi salah satu penerima apresiasi tersebut. Apresiasi  yang ia terima dengan Kategori Khusus: Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi COVID-19 kini telah disandang Nona Elmi. Harapannya GARAMIN ingin merealisasikan desa inklusi yang saat ini masih terus digarap sehingga bisa menjadi contoh bagi 64 desa yang berada di Kupang.

Apa yang telah dilakukan oleh Elmi tentu menjadi contoh bagi kita. Ditengah keterbatasannya ia justru melakukan hal yang luar biasa hingga memberi manfaat bagi orang di sekitarnya. Baginya keterbatasan bukanlah penghalang untuk bisa meraih mimpi.

 

Referensi :

https://www.satu-indonesia.com/satu/satuindonesiaawards/finalis/sahabat-difabel-dari-kupang/

https://www.idntimes.com/life/inspiration/anjar-triananda-ramadhani-1/kisah-inspiratif-elmi-sumarni-ismau-c1c2

https://garamin.org/