Rabu, 24 Februari 2021

Mengingat Mati Adalah Kebutuhan Jiwa

Kematian adalah sesuatu yang pasti. Ulama kondang, Ustadz Maheer Ath Thuwailibi yang beberapa waktu lalu dikabarkan meninggal, beliau meninggal pada usia yang terbilang muda yakni 28 tahun. Begitu mendadak dan tentunya publik merasa kaget atas kematian beliau. Sebab sebelumnya, pasca beliau di penjara akibat kasus penghinaan habaib, keberadaannya bak ditelan bumi.  Hingga akhirnya berita kematian itu ramai diberitakan. 
Kita memang  tahu bahwa kematian akan datang pada siapa saja karena ia adalah sesuatu yang pasti 

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran: 185).

Namun sedikit dari kita yang sadar bahwa waktu kedatangannya adalah hal misteri. Tak ada satupun manusia yang hidup di bumi ini mengetahui kapan kematian itu datang. Entah saat usia muda atau tua, dalam kondisi sakit atau sehat dan bahkan siap atau tidak siap. Padahal hakikatnya kita sama-sama sedang menunggu antrian. Menunggu giliran. Hanya kita tak tau, antrian ke berapa diri kita. 

Di dunia ini, tak ada yang siap menghadapi mati. Karena sebagian kita berpikir bahwa kematian masih jauh dari diri kita apalagi untuk kita yang masih berpikir panjang usia. Padahal sejatinya kita mesti belajar bahwa usia berapapun adalah usia yang bisa saja Allah cabut nyawa dari raga kita. 

Sehingga, bukan hal yang berlebihan ketika saya mengatakan bahwa mengingat kematian adalah bagian dari kebutuhan jiwa. 
Mengapa?
Karena setiap kita pasti merasa khawatir saat mendengar berita kematian apalagi orang-orang yang dekat dengan kita atau kita mengenalnya. Saat orang-orang dekat kita meninggal, jiwa kita akan merasa terguncang
"Tidakkah kematian begitu sangat dekat?"
Rasa khawatir itulah yang  kemudian membuat saya berpikir jiwa kita perlu untuk selalu mengingat mati. 

Tentu bukan sekedar mengingat bahwa kematian itu pasti datang kepada kita. Tapi bagaimana kita memandang bahwa saat kita mengingat kematian, maka itu akan berefek pada kehati-hatian kita dalam bertindak dan berucap selama hidup di dunia. 

Kita akan semakin sadar bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara dan ujungnya adalah kematian.  inilah yang akan membuat kita berpikir bahwa tak boleh ada hal yang tak manfaat yang kita lakukan selama hidup di dunia. Wallahu'alam.




Label:

Sabtu, 20 Februari 2021

KolaborAksi Milenial Geluti Green Jobs : Membangun Energi Terbarukan




Adanya Pandemi ini telah mengubah dunia dalam waktu cepat. Kalimat tersebut rasanya cocok untuk menggambarkan kondisi saat ini. Ya, semenjak pandemi ini ada, dunia telah berubah. Sektor ekonomi adalah salah satu sektor yang paling terasa kena dampak pada hampir seluruh negara di dunia. Di sisi lain ada perubahan yang diciptakan dari kondisi hari ini. 

Akibat guncangan ekonomi yang kuat akibat pandemi covid-19 membuat negara-negara termasuk G20, melakukan upaya pemulihan ekonomi dengan menyalurkan stimulus pada industri hijau. Pemulihan ini mengarahkan fokus utamanya pada peningkatan kapasitas energi terbarukan dan transportasi rendah emisi. 

Upaya ini juga menjadi  rekomendasi Climate Transparency Report 2020 agar penurunan emisi CO2 dapat berkelanjutan. 

Dilansir dari www.climate-transparency.org, Climate Transparency Report (sebelumnya dikenal sebagai “Laporan Brown to Green”) adalah tinjauan tahunan paling komprehensif di dunia atas tindakan iklim negara-negara G20 dan transisinya menuju ekonomi yang netral karbon. 

Hal inilah yang seharusnya menjadi peluang bagi Indonesia. Upaya pemulihan ekonomi pasca Covid-19 adalah saat yang tepat bagi Indonesia untuk turut berkontribusi dan bertransformasi pada ekonomi rendah karbon. 

Pemulihan "hijau" ini akan menyediakan peluang yang baik secara global untuk menghasilkan pekerjaan yang sesuai dengan inisiatif hijau. Sehingga fokusnya diarahkan pada pengembangan  energi yang sustainable bukan lagi energi fosil.

Indonesia Punya Potensi

Peluang membangun energi berkelanjutan sepertinya menjadi angin segar bagi negeri ini. Indonesia yang mempunyai banyak pulau dengan sinar matahari yang memadai memiliki potensi untuk menghasilkan listrik melalui tenaga surya. 

Meski pengembangan energi tata surya bukan hal baru dan menurut kajian pertamina dinilai cukup mahal, namun setidaknya ini bisa menjadi gambaran awal bagi generasi muda untuk terus mengembangkannya. Tentu dengan dukungan materiil dan nonmateriil yang memadai.

Belum lagi potensi energi panas bumi sebesar 27 ribu MW yang kalau direalisasikan mampu menghasilkan listrik setara 9.000 MW. Selain itu, potensi energi dari hidro mencapai 30.000 MW, tapi jika direalisasikan, menghasilkan listrik setara 10.000 MW.

Apalagi hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mengurangi penggunaan energi fosil. Melalui Pertamina, Indonesia  memiliki target besar untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan dan terus berupaya mengurangi penggunaan energi fosil. Pertamina menargetkan penggunaan energi terbarukan mencapai 31 persen dari total penggunaan energi di Indonesia, dan 33 persen untuk penggunaan gas alam (LNG) pada tahun 2035 mendatang. 

Green Jobs Jadi Tren Baru Di Kalangan Muda

Menteri Ketenagakerjaan pada Kabinet Kerja Hanif Dhakiri pernah mengatakan bahwa kampanye pekerjaan yang ramah lingkungan akan sesuai dengan revolusi industri 4.0, di mana pekerjaan tidak hanya berdampak pada kesejahteraan, tetapi juga memastikan pelestarian lingkungan di masa mendatang. Dengan peluang yang sangat besar pada sektor green jobs, sektor ini tentu saja dapat menjadi alternatif pekerjaan bagi para milenial di tengah sulitnya mencari pekerjaan.

Generasi muda harus mulai mempertimbangkan dan mengambil peluang green jobs. Terlebih, sektor yang dapat menciptakan lebih banyak pekerjaan cenderung berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam termasuk energi terbarukan. 


Potensi Green Jobs Di Era Transisi Energi (www.iesr.or.id)

Dari data di atas, saya melihat peluang begitu besar di sektor energi terbarukan. Belum lagi data menurut Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, bahwa setiap satu GW instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk tipe Atap dapat menciptakan lapangan kerja minimal 30 ribu orang. Hitungan tersebut dengan asumsi pelanggan 450 VA sebanyak 23,7 juta orang, dan 900 VA sebanyak 7,2 juta orang berpindah ke PLTS Atap.

Panel Surya Tipe Atap 

(www.pixabay.com) 

Kini saatnya berpikir bahwa pekerjaan tak hanya pada orientasi memperoleh kesejahteraan ekonomi tapi juga berpikir bagaimana agar bumi ini tetap lestari. Green jobs adalah bagian dari investasi masa depan agar bumi lebih bersih, aman, nyaman untuk ditinggali. 

Label:

Sabtu, 13 Februari 2021

Potret Penerapan Zero Waste Cities Di Tingkat Desa

Saat ini kita begitu dimanjakan dengan penggunaan kemasan sekali pakai. Mulai dari rumah, kantor, sekolah hingga bisnis, semua tak bisa lepas darinya. Praktis, murah dan mudah didapat adalah beberapa alasan mengapa kemasan tersebut menjadi pilihan. Sehingga penggunaan kemasan tersebut rasanya sudah biasa kita jumpai. 


Keadaan TPA Sarimukti
(Dokumentasi YPBB)

Disisi lain, penggunaan kemasan tersebut memberikan dampak buruk bagi lingkungan dan ekosistem. Apalagi upaya daur ulang masih sangat minim diterapkan. 


Sumber : Buku Bye Bye Sekali Pakai
(Infografis : Koleksi Pribadi) 

Data di atas menunjukkan bahwa upaya daur ulang sampah di negeri ini hanya menyentuh angka 7%. Apalagi menurut Direktur Sustainable Waste Indonesia (SWI), Dini Trisyanti, ada lebih dari 380 TPA di Indonesia setidaknya 8.200 hektar yang sebagian akan atau sudah penuh. Itu artinya upaya daur ulang harus benar-benar diupayakan sebelum sampah berakhir ke TPA. Terlihat pula bahwa 24% dari total pengelolaan sampah dibuang secara serampangan. Akibatnya, hal ini menyebabkan polusi tak terkecuali di lautan. 

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jenna R. Jambeck dari University of Georgia, pada tahun 2010, Indonesia merupakan negara dengan jumlah pencemaran sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia dengan angka 1,29 juta ton per tahun setelah China. 


Data Polusi Sampah di Lautan
(www.mongabay.co.id)

Hal ini tentu menjadi kekhawatiran bagi kita tentang bagaimana nasib bumi di masa mendatang. Mungkin angka tersebut masih terbilang kecil jika dibandingkan dengan total produksi sampah yang mencapai 65 juta ton/tahun. Namun tidakkah kita berpikir bahwa produk plastik kemasan memerlukan waktu ratusan tahun agar bisa terurai secara sempurna. 

Daur Ulang Saja Tidak Cukup 

Upaya mendaur ulang kemasan sekali pakai memang dipandang sebagai langkah untuk mengurangi jumlah sampah plastik di negeri ini. Namun upaya ini sejatinya hanyalah menunda sampah plastik ke lingkungan atau lautan. 

Ibarat sebuah bak mandi yang terus meluap karena keran air yang masih menyala dan membasahi lantai hingga keluar kamar mandi. Tentu kita tidak akan langsung berpikir untuk mengepel sebelum mematikan kerannya. 

Nah, lalu bagaimana solusinya? Saatnya memulai gaya hidup zero waste. Apa itu zero waste

Dalam laman zerowaste.id, zero waste adalah filosofi yang dijadikan sebagai gaya hidup demi mendorong siklus hidup sumber daya sehingga produk-produk bisa digunakan kembali. Zero waste juga soal menjauhi single use plastic atau plastik yang hanya digunakan sekali. Tujuannya adalah agar sampah tidak dikirim ke landfill. 

Artinya zero waste tidak hanya mengenai recycle atau mendaur ulang. Zero waste dimulai dari Rethink. Artinya bagaimana kita harus benar-benar memikirkan ulang saat harus membeli barang. Baru setelah itu kita memulai Refuse, Reduce, and Reuse pada sampah sekali pakai. Saat benar-benar sudah tidak memungkinkan untuk 3 hal tadi, baru dilakukan Recycle and Rot. 

Role Model Zero Waste Cities Di Pedesaan

Hasil dari membaca berbagai artikel, saya banyak menemukan zero waste cities di perkotaan. Bahkan beberapa wilayah menyediakan bank sampah sebagai wadah untuk mendaur ulang sampah sehingga menjadi produk yang bernilai ekonomi. 

Hal ini berbeda dengan kondisi masyarakat desa yang masih sangat jarang dengan gaya hidup seperti ini. Jangankan berbicara zero waste, keberadaan TPA saja masih sulit dijumpai. Akhirnya, masyarakat desa lebih sering membuang sampah ke sungai, lahan kosong atau membakarnya. 

Namun bukan berarti hal ini belum pernah ada diterapkan di masyarakat tingkat pedesaan. Sudah ada beberapa desa yang menjadi role model penerapan zero waste cities. Salah satunya adalah di Dusun Krajan, Desa Wringinanom, Gresik. Melalui kerja sama dengan Yayasan Ecoton untuk membuat pengelolaan sampah di tingkat desa-desa, dalam program 'RAPI AMAN'. Slogan ini memilik arti 

1. kuRAngi plastik

2. PIsah 3 sampah dari rumah menjadi organik, daur ulang, dan residu. Proses pemilahan sampah menjadi hal yang cukup penting dilakukan untuk memudahkan petugas TPST dan proses selanjutnya. Proses ini memang perlu edukasi dari semua pihak. 

3. Angkut sampah ke Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST)

4. MANfaatkan sampah dengan cara yang aman

Program ini dibuat agar masyarakat mulai terbiasa untuk melakukan pemilahan sampah mulai dari rumah sebelum dibuang ke TPST. Pemilahan sampah sejak dari rumah adalah syarat wajib yang harus dilakukan semua pelanggan TPST.

Dibawah ini beberapa dokumentasi kegiatan ZWC Ecoton di Desa Wringinanom. 


Kegiatan Meneliti Kualitas Air
(Instagram Ecoton)

Studi KarakterbSampah dan Brand Audit
(Instagram Ecoton)

Proses Pemilahan Sampah
(Instagram Ecoton)

Harapannya hal ini bisa menjadi contoh bagi desa-desa lain untuk menerapkan ZWC. Dukungan dari pemerintah dan para birokrat tentu sangat diperlukan. Apalagi sebetulnya program ZWC ini sejalan dengan program pemerintah yang tercantum dalam Perpres No. 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah dalam langkah pengurangan sampah sebanyak 30% dan penanganan sampah sebanyak 70% pada tahun 2025. 

Semoga bermanfaat. 




Label:

Selasa, 09 Februari 2021

Belajar Menghargai Hidup

Pepatah jawa mengatakan "urip iku sawang sinawang"
Ya, kehidupan kita di hadapan orang lain memang bisa dilihat bahkan terlihat oleh orang lain begitupun sebaliknya. Sehingga wajar orang atau diri kita bisa menilai kehidupan kita berjalan meski tak semua tampak. 
ujungnya, terkadang atau mungkin seringnya kita membandingkan hidup kita dengan orang lain. 

Mengapa nasib baik tak berpihak pada kita? 

Mengapa orang lain bisa punya usaha yang maju?

Mengapa ia bisa langsung mendapat sesuatu yang ia inginkan?

Mengapa dia punya pasangan yang membuat hati terus berbunga-bunga? 

Begitulah seterusnya. Pertanyaan "mengapa"  semacam ini tak pernah ada habisnya. 
Apa yang kemudian dilakukan? Ada dua kemungkinan jawabannya. 


Pertama, Kita akan berandai-andai seolah bisa seperti orang lain. Punya mimpi yang baik memang tak ada salahnya. Namun jika hanya sekedar mengandaikan kehidupan orang lain dengan kehidupan kita tentu hanya akan menghabiskan waktu. Tak jarang, orang yang kerap berandai-andai, lupa bahwa hal yang ia impikan tak bisa ia peroleh kecuali dengan usaha. 

Kedua, kita mengeluh atas apa yang menimpa diri kita saat ini. 
Padahal faktanya takkan pernah ada habisnya memikirkan kehidupan orang lain. 
Lebih parahnya, kita malah nyinyir dengan kehidupan mereka.

Lalu adakah jalan keluar? 

Ada, jalan keluarnya adalah belajarlah menghargai hidup. Menghargai hidup bukan sekedar memperbaiki kehidupan secara fisik seperti harta, sosial atau yang lainnya. Tapi juga hati kita. 
Sebab hidup yang sering kita keluhkan bisa jadi karena kita terlalu fokus melihat kehidupan orang lain lalu kemudian kita bandingkan dengan kehidupan kita. Maka kita perlu menata hati kita. Menata diri kita dan mengembalikan fokus kita. Bahwa kehidupan yang kita jalani jauh lebih berharga dibanding kita sibuk melihat kehidupan orang lain. Bolehlah mungkin sesekali kita melihat kehifupan orang lain sekedar untuk memacu diri bahwa keberhasilan orang lain bisa juga kita raih. Tentu dengan dibarengi ikhtiar. 
Sehingga dengan cara ini, kita akan lebih banyak bersyukur dan fokus melakukan hal positif. 
Ingatlah bahwa kehidupan yang kita keluhkan bisa jadi adalah impian bagi orang lain. Maka bersyukurlah. 

Saran saya, kurang-kurangi melihat sosmed. Beraktivitaslah di dunia nyata dan fokus membangun diri. Karena setiap diri kita punya potensi untuk punya kehidupan yang lebih baik. 😃

Selamat menghargai hidup dan menjalani hidup dengan bahagia. 



Label: