Jumat, 27 April 2018

KARTINI, KONDE DAN ISLAM


Oleh : Dwi P Sugiarti

21 april jadi peringatan hari kartini
Jasanya begitu menginspirasi
Tapi apa yang terjadi hari ini?
kebaya dan konde seolah jadi tradisi

Padahal Kartini berharga karena kecemerlangan ide
Menentang tradisi dan adat dengan pede
Bukan sekedar kebaya dan konde

Lalu, bagaimana dengan emansipasi?
Faktanya, pengusung emansipasi lebih suka pakai rok mini
Katanya ini hak asasi
Yang tak boleh dipersekusi

Seharusnya mereka tahu
Bahwa kartini telah lama merindu
Pada islam ia ingin berguru
Mendalami dan menimba ilmu

Seharusnya mereka pahami
Kartini muslimah sejati
Lewat ayat-ayat Rabbani
ia telah terilhami

Dan aku percaya
Islam inspirasinya
seperti kata dalam suratnya
Dari Gelap menuju Cahaya

#kartinitanpakonde
#milad6Revowriter
#gerakanmedsosuntukdakwah



Noted : Puisi ini sudah pernah saya publish di facebook personal milik saya (Dwi P Sugiarti) pada tanggal 21 April 2018

Label:

Inspirasi Menjadi Kartini Sejati


Bulan april merupakan bulan istimewa bagi perempuan Indonesia. Setidaknya setiap tanggal 21 april diperingati sebagai Hari Kartini. Tokoh perempuan dengan nama lengkap Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat atau  lebih dikenal dengan R.A Kartini ini merupakan tokoh perempuan yang dikenal sebagai penggerak dan pejuang emansipasi wanita. Lewat surat-suratnya yang dikirim kepada temannya di Belanda, ia mengkritik pemikiran Jawa yang kental dengan adat dan tradisi. Hari ini, peringatan hari kartini selalu dimeriahkan dengan mengenakan kebaya dan konde sebagai bentuk penghormatan atas jasa Kartini. Namun, apakah hanya dengan kebaya dan konde cara kita menghormati jasanya? benarkah hanya emansipasi yang ia perjuangkan? Dan apakah hanya Kartini tokoh perempuan yang bisa kita teladani?
Merunut dari pertanyan-pertanyaan diatas agaknya peringatan hari kartini tak sekedar seremonial belaka yang meriah dengan konde dan kebaya. Sebab jika kita mau menelisik sejarah Kartini maka kita akan temukan lewat surat-surat yang pernah ditulis Kartini bahwa ia adalah wanita yang mengkritik dan berusaha mendobrak adat, memperjuangkan hak dan lebih dari itu ia menentang budaya barat -walaupun sebelumnya ia pernah disekolahkan ke luar negeri dan terpukau dengan kebudayaan barat- bahkan ia bercita-cita agar islam disukai. Simak saja salah satu isi suratnya :
“Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang agam islam patut disukai” (surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902)
Disisi lain sosok Kartini sering dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk kampanye emansipasi yang ternyata lebih banyak menyalahi fitrah dan kodrat perempuan, yakni mendorong kaum wanita sederajat dengan kaum pria padahal kodrat pria dan wanita berbeda begitupula peran dan fungsinya sebagai kholifah fiil ardh. Kampanye emansipasi hari ini kian mirip dengan liberalisasi, pengangungan terhadap pemikiran barat dan feminisme. Padahal sejatinya Kartini kian meninggalkan dan ingin kembali pada fitrahnya sebagai seorang muslimah sejati. Lihatlah bagaimana isi suratnya setelah ia mengenal islam
“Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik tiada taranya.Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa dibalik hal yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal-hal yang sama sekali tidak patut disebut sebagai peradaban?” ( Surat Kartini kepada Ny Abendanon, 27 Oktober 1902)
Tak sampai disitu, ia bahkan punya tekad untuk memperbaiki citra islam yang terus jadi bulan-bulanan sebagai sasaran fitnah. Sungguh kartini ingin menjadi seorang muslimah sejati. Perjuangan lewat surat-suratnya harusnya menjadi inpirasi bagi kaum wanita dan muslimah hari ini. Ia begitu terinspirasi dengan islm hingga ia mengulang kata-kata dalam suratnya “ dari gelap menuju cahaya”
Namun tentu tak cukup Kartini. Tokoh pejuang dan penggerak perubahan telah banyak mengabadi dan menginspirasi. Jika kartini terinspirasi dari islam maka jauh sebelum Kartini, telah lahir pejuang islam dikalangan perempuan dimasa awal kemunculan islam. Sebutlah Asma binti Abu Bakar. Putri seorang ayah yang memiliki kelembutan luar biasa, Abu Bakar Ash Shiddiq. Jika Kartini menginspirasi lewat surat-suratnya, Asma telah berjuang membela islam dengan membantu ayahnya mengirim makanan melewati tebing padahal saat itu ia sedang mengandung. Ia melakukan hal tersebut dengan mempertaruhkan tenaga dan nyawa, keselamatannya bisa jadi terancam. Sebab saat itu, ia mengirim makanan untuk orang yang sedang menghadapi ancaman, dialah Rasulullah SAW. 
Tak hanya Asma, Aisyah r.a istri Rasulullah memiliki karya yang luar biasa. Ia  adalah seorang  perawi hadist terbanyak dikalangan perempuan. Keilmuan yang dimilikinya mebuat dirinya menjadi tempat bertanya para sahabat Rasulullah. 
Sungguh keberadaan islam membuat orang-orang yang mendalaminya menjadi luar biasa. Layaknya Kartini, Asma, Aisyah dan tokoh muslimah lain tentu kita berharap bisa menjadi seperti mereka. Bukan modernisasi dan emansipasi yang menuntut hak asasi. Tapi berkarya membangun peradaban gemilang. Saatnya menjadi muslimah pengisi Peradaban  Wallahu’alam [] 

Kamis, 12 April 2018

Meninggalkan (Jejak) Reuni OPEy (Part 1)


Kurang lebih sudah satu pekan berlalu gabung di WAG Reuni OPEy yang dipelopori oleh mbak Alga Biru. Sebetulnya, saya tidak mengenal satupun atau berteman dengan orang-orang yang tergabung dalam reuni tersebut walaupun pernah satu grup di kelas penulisan OPEy sebelumnya. Sehingga saya lebih banyak menjadi sider (silent reader). Lebih dari itu setidaknya saya tau, mereka yang tergabung dalam grup OPEy adalah mayoritas orang-orang hebat yang nama-nama mereka sudah beredar mengisi berbagai rubrik khususnya kolom opini baik media online ataupun cetak. Dan bahagianya, reuni tak sekedar reuni yang hanya diisi dengan saling sapa ataupun temu kangen. Reuni ini reuni istimewa dan “berdaging”. Ada asupan materi dari mbak Alga yang menambah pengetahuan tentang dunia menulis dan lewat tulisan ini saya ingin sedikit merangkum dari apa yang pernah saya peroleh.
Menulis adalah salah satu sarana untuk menyampaikan gagasan untuk itu bagi seorang penulis baik pemula ataupun yang sudah profesional menulis bukan lagi sekedar habit tapi juga harus dijadikan sebagai need. Karena dengan “need’ maka ia akan berpartisipasi aktif, positif dan memiliki tujuan. Sehingga harapannya menulis tak sekedar rutinitas yang mengalir begitu saja tapi juga terukur karena memiliki tujuan.
Bagaimana kita bisa termotivasi untuk membuat aktivitas menulis itu menjadi habit dan need?nah, bicara motivasi sebetulnya motivasi terbesarnya ada dari dalam yaitu diri kita sendiri. Tantangan terbesar dalam diri kita adalah rasa malas. Maka kuncinya adalah kita keluar dari zona malas. Lalu perlukah semacam punishment atau reward? Rasanya ngga perlu. Cukup tanamkan rasa malu dalam diri kita, jika hasil tulisan yang kita sodorkan pada pembaca itu lagi, itu lagi. Nah maka penting bagi seorang penulis untuk menciptakan atmosfer literasi, caranya bisa dengan membuat jadwal sederhana antara menulis, membaca, berselancar ke wikipedia dan KBBI, mengikuti seminar atau workshop penulisan, menonton dan lain sebagainya. Bahkan liburan juga bisa dijadikan sarana untuk menciptakan atmosfer literasi. Ingat! Penulis juga butuh istirahat dan liburan sebab penulis juga manusia (
nah jika sudah mulai menulis, lalu “apa potensi saya?”
“dari segmen mana saya memulai?”
Hanya diri kita yang tau apa sebenarnya potensi kita. Maka mulailah dengan apa yang kita sukai bukan apa yang orang lain hargai tentang kita. Dari rasa suka akan memunculkan gairah. Sebab orang yang sudah bergairah maka ia akan lebih memperhatikan usaha sendiri dibanding penghargaan orang lain terhadap diri kita. Menggali potensi adalah upaya memperbaiki hidup dan setiap orang punya PR untuk selalu membaiki hidupnya agar lebih baik. So, galilah potensi hidup diri kita dan teruslah menyelaminya hingga kita tau “peran” apa yang akan kita ambil.
 Jadi inget ya, menulis ngga sekedar menulis. ada aktivitas lain yang mendukung agar tulisan kita kaya akan makna dan tentunya mudah dipahami oleh pembaca. Selain itu gali potensi dan ambil segmentasi yang mau kita ambil. Sebenarnya ada banyak hal yang belum saya catat disini. Kedepannya akan saya perbaiki. Kesan selama mengikuti kelas,  seru dan wow banget sama isi materinya.  Sedikit saran mungkin mba alga bisa ngasih referensi buku biar makin kegambar sama materi yang disampaikan.  Satu yang kurang dari reuni ini.. Adalah waktu yang kurang lama.. Hehe.. Biar ilmu yang diserap lebih banyak..

Semoga bermanfaat.
Noted : rangkuman ini adalah hasil rangkuman materi pertama. Untuk materi selanjutnya akan saya tulis dalam tulisan selanjutnya.

Majalengka, 12 April 2018

Jumat, 06 April 2018

Menabung Amal

Semenjak tiga bulan yang lalu kami pindah menetap dari kota Cikarang ke Kabupaten Garut,  suami jadi lebih sering mengajar keluar kota.  Terkadang dalam satu minggu bisa 3-4 hari berada di luar Garut.  Dan terpaksa saya jadi lebih sering sendirian di Garut.  Tak enak memang,  terlebih sejak sebulan lalu kami menetap di sebuah rumah kontrakan yang terbilang luas untuk kami berdua.  Maka sayapun terkadang pulang ke rumah mertua atau menginap di rumah kawan karena suami merasa tak tega melihat saya sendirian di rumah.  Bukan apa-apa, Selain karena sendirian, suami merasa khawatir dengan keamanan saya selama beliau berada diluar kota.

Layaknya hidup hari ini sejatinya manusia memang akan selalu sendiri.  Terlebih jika nanti saatnya tiba kita berpindah alam, berpisah antara ruh dengan raga hakikatnya kita sendiri.
Jika sudah mati tak akan ada yang mau membersamai walau hanya sehari semalam kecuali apa yang telah kita tanam selama hidup di dunia.  Layaknya sabda baginda Rasulullah


“Ada tiga perkara yang mengiringi mayat. Yang dua kembali, sedangkan yang satu tetap tinggal bersamanya. Mayat diiringi keluarganya,hartanya, dan amalnya. Keluarganya, hartanya dan amalnya. Keuarga dan hartanya kembali . sedangkan amalnya tetap mengiringinya.” (HR.al-Bukhori dan Muslim)

Maka selayaknya tak ada yang perlu kita khawatirkan.  Toh, ketika nanti mati akan kembali sendiri tanpa ada satupun yang mau menemani sekalipiun ia adalah suami  atau istri yang selalu membersamai kita selama di dunia. Kelak di akhirat nanti, amal yang telah kita upayakan selama hidup di dunia akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Maka selama hidup dunia sejatinya hidup kita adalah untuk menabung.  Ya,  menabung amal.