Senin, 30 September 2019

Pentingnya Menumbuhkan Minat Anak Di Lingkungan Keluarga dan Masyarakat Untuk Membentuk Budaya Literasi

Di era revolusi industri 4.0 kemajuan teknologi informasi dan pelayanan publik menjadi sangat pesat dan mudah untuk diakses melalui fitur-fitur digital yang ada. Di sisi lain hal tersebut ikut mengubah gaya hidup masyarakat kita hari ini. Sebagian masyarakat kita menjadi terfokus pada gadget. Dan dalam perkembangannya hari ini orang lebih suka mengakses sosial media dibanding membaca. 

Data yang saya peroleh dari situs  Kominfo mengungkapkan Fakta : pertama, UNESCO menyebutkan Indonesia berada di urutan kedua dari bawah soal literasi dunia. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca!. Bahkan riset berbeda bertajuk World's Most Literate Nations Rangked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa. Kedua60 juta penduduk Indonesia memiliki gadget, atau urutan kelima dunia terbanyak kepemilikan gadget. Lembaga riset digital marketing Emarketer memperkirakan pada 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Artinya, dengan jumlah sebesar itu, Indonesia akan menjadi negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika. 

Di sisi lain meski minat baca buku rendah tapi data wearesocial per Januari 2017 mengungkap orang Indonesia bisa menatap layar gadget kurang lebih 9 jam sehari. Tidak heran dalam hal kecerewetan di media sosial orang Indonesia berada di urutan ke 5 dunia. (www.kominfo.go.id, 10/10/2017) 

Oleh karenanya penting bagi kita terutama orang tua menanamkan minat baca pada anak. Namun, seringkali orang tua bingung bagaimana mengarahkan generasinya untuk mempunyai minat baca. Maka hal yang perlu dilakukan oleh para orang tua adalah bukan sekedar menyediakan fasilitasnya tapi perlu untuk menumbuhkembangkan minat anak pada sesuatu. Orang tua tidak perlu memaksakan kehendak anak. Yang perlu dilakukannya adalah dengan mengarahkan anak-anak mereka untuk memiliki minat, apapun itu. Sehingga saat anak sudah memiliki minat tertentu maka dengan sendirinya ia akan mencari segala sesuatu yang berhubungan dengan minatnya. Sehingga bukan hal mustahil anak akan mencari segala referensi baik dalam fitur-fitur digital maupun buku dalam bentuk fisik. Jika minat sudah terbentuk, maka orang tua pun akan mudah menyediakan fasilitas yang mendukung minat anak. 

Di sisi lain peran orang tua dalam keluarga harus pula didukung penuh oleh masyarakat sekitar. Jangan sampai saat para orang tua sudah memiliki semangat yang positif untuk mengarahkan anak-anak mereka untuk menemukan minat, justru masyarakat acuh tak acuh. Lalu bagaimana mengoptimalkan peran masyarakat dalam upaya ini? Masyarakat bisa turut membantu dengan cara membentuk komunitas-komunitas berdasarkan minat anak. Selain itu untuk memunculkan budaya literasi disediakan pula perpustakaan bisa juga dalam bentuk perpustakaan keliling atau buku elektronik yang mudah diakses oleh anak. Dengan adanya sinergisitas ini, diharapkan anak dan masyarakat pada umumnya dapat terbentuk budaya literasi. 

#sahabatkeluarga 
#literasikeluarga


Sumber foto : www.merries.co.id

Label:

Rabu, 25 September 2019

Menanti Fajar Keadilan

Oleh : Dwi P. Sugiarti

73 tahun merdeka

Negeriku lepas dari sekat penjajahan

Tapi hari ini aku bertanya

Tentang arti keadilan

Kekuasaan bak singa yang kelaparan

Melahap siapapun yang dating

Merdeka harusnya berkeadilan

Bukan malah hilang dimakan oleh petang

Hari ini aku melihat

Tentang potret diskriminasi

Keadilan telah tersekat

Padahal kami hidup di alam demokrasi

Belum lagi...

Potret buram aparat tak bisa ditutupi

Penegak hukum tapi terjerat korupsi

Jika sudah begini..

Siapakah penegak hukum kami?

Wahai Pak Presiden yang kami hormati

Akankah ini terus jadi santapan kami?

Kazaliman tak henti di depan mata kami

Seolah kami tak lagi berarti

Wahai Presiden sang pemimpin tertinggi

Kuharap, ini bukan akhir cerita kami

Sebab kami masih menanti

Fajar keadilan di depan mata kami

Keterangan :

puisi ini berangkat dari fakta tentang potret buram dunia peradilan negeri ini. Tercatat sepanjang tahun 2018 ada 2809 pengaduan ke Bawas MA terhadap aparatur peradilan. Perilaku menyimpang tersebut antara lain Kasus OTT KPK (Korupsi) hingga pelanggaran etik seperti perselingkuhan. (sumber : detiknews.com, 5/12/2018)

di sisi lain keadilan hari ini seperti dua mata pisau. Tumpul ke atas tapi tajam ke bawah.

Label:

Senin, 23 September 2019

Harapan

Saat kita berharap bisa menjadi seperti orang lain yang kita anggap lebih daripada kita, maka saat itu pula ada orang lain yang berharap menjadi seperti kita.

Saatnya menikmati hidup yang kita jalani sekarang. Bukan tidak boleh mengeluh pada keadaan. Tapi akan lebih baik ketika kita menikmati hidup yang sementara ini sembari terus memperbaiki diri untuk bisa menaikkan level.

Bermimpi boleh. Tapi rencanakan dan wujudkan lewat aksi nyata bukan hanya sekedar berteori.

Sebab hidup ini terus berjalan. Roda kehidupan terus berputar. Dan harus kita sadari, bahwa usia kita terus bertambah yang menandakan bahwa jatah hidup kita semakin berkurang.

Majalengka