Langsung ke konten utama

Antara Kaos Oblong Raja Dan Pilkada (ODOP Day 21 of 99)

Image result for pilkada
Tahun 2018 merupakan tahun politik. Setidaknya dari 17 Provinsi yang akan mengadakan Pilkada serentak ada 56 pasangan Cagub dan Cawagub yang telah terdaftar dan  sudah terseleksi. Sejak akhir tahun 2017 hingga awal tahun 2018 memang banyak sekali para calon pemimpin berkoar-koar menjadi aspirator rakyat. Bukan tanpa sebab, terlebih karena hal ini memang menjadi awal babak baru bagi para calon pemimpin daerah. Satu persatu mencari dan kemudian menggandeng untuk berkoalisi agar dapat mendulang suara. Berbagai visi misi dibuat dan mulai blusukkan semata-mata agar mendapat hati rakyat. entah benar atau tidak faktanya tak sedikit dari mereka yang kemudian tampil merakyat. Dengan tampil sederhana sehingga bisa dipandang dekat hingga terjun ke pasar atau tempat-tempat umum kerap dilakukan. Setelah terilih para pemimpin daerah ini memanga getol mewujudkan aspirasi rakyat walaupun tidak sedikit pula yang akhirnya terjerat korupsi.
Sungguh kami sebagai rakyat  jadi teringat ketika dulu pemimpin negara kami sempat menjadi seorang kepala daerah di suatu wilayah. Ia begitu dekat dengan rakyat karena dianggap mampu mewujudkan aspirasi rakyatnya bahkan ia sempat memperoleh gelar sebagai walikota terbaik. Tak tanggung-tanggung ia memperoleh penghargaan dilevel internasional. Hingga akhirnya ia kemudian menjadi kepercayaan rakyat negeri ini untuk mempimpin sebuah negara. Jargon merakyat terus digaungkan semata-mata ingin memperlihatkan bahwa ia berbeda dengan pemimpin sebelumnya
Namun nyatanya waktu berkata lain, semakin tinggi jabatan sang raja ternyata malah membuat rakyat negeri ini sengsara. Harta rakyat dikeruk untuk kemudian dijual kepada asing, rupanya raja juga gemar berhutang. Dengan dalih sebagai bentuk kerjasama dan upaya membangun insfrastruktur demi menunjang kemajuan bangsa ini faktanya negeri ini justru lebih banyak rugi. Tak ada makan siang gratis. Menambah hutang berarti membuat negeri ini harus tunduk pada rentenir berdasi.
Rupanya kami dibutakan oleh kaos oblong milik raja. Pesona sederhananya telah membuat padangan kami kabur hingga kami percaya padanya. Pemimpin yang kami percaya telah berdusta. Memang tak bisa dipungkiri bahwa mengurus negeri yang besar ini tak mudah. Namun pemandangan yang kami lihat rasanya sudah cukup membuktikan bahwa raja telah “menjual” negeri ini. Belum lagi jeritan rakyat miskin karena semua serba “melangit”. Listrik, sembako, biaya sekolah hingga kesehatan tak bisa dibayar dengan harga yang sedikit. Praktek korupsi para tikus berdasi tak pernah luput dari pemberitaan media.
Kepercayaan kami lewat pemilu nyatanya telah dikhiananti. Padahal kami yang memilih langsung mereka yang duduk di panggung demokrasi. Ini bukan sekedar salah pemimpin kami. Tapi ini juga salah sistem yang hidup negeri ini. Sistem yang mengakomodir hak rakyat untuk memilih langsung dan membuat hukum sendiri justru malah memberi kerusakan. Pemimpin kami berkhianant karena mereka memilih para cukong-cukong berduit sebab keterpilihannya karena mereka.                                                           
Kami juga yang salah menganggap demokrasi baik. Slogan “dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat” sehingga rakyat yang berdaulat hanyalah omong kosong. Negeri ini mayoritas muslim. Semua pemimpin negara ini muslim namun justru mengkhianati isi dalam kitab yang menjadi keyakinannya. Al quran telah berbicara
“.....hak membuat hukum hanyalah Allah” (TQS. Al An’am : 57)
Dan Allah SWT telah memberikan peringatan
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Mungkin inilah balasan bagi kami yang percaya dengan “Kaos Oblong” milik raja.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

3 Hal yang Bisa Diambil dalam Film "Miskin Susah Kaya Susah"

Beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah film tahun 2013 yang berjudul "Miskin Susah, Kaya Susah". Film ini diangkat dari sebuah cerpen berjudul "Pispot" karya Hamsad Rangkuti. Film ini sempat tayang di salah satu stasiun TV swasta di negeri ini.  Berkisah tentang sepasang suami istri miskin yang hidupnya begitu nelangsa di sebuah kampung kumuh di pinggiran kota. Mas Karyo (Epy Kusnandar) hanyalah seorang tukang tambal ban. Namun kenyataan pahit harus ia terima saat anaknya Tini menderita sakit tumor otak. Saroh, Sang istri meminta suaminya untuk membawa anaknya ke rumah sakit agar bisa ditolong dan ditangani pihak medis.  Mas Karyo menunggu orang yang mampir ke lapak tambal bannya Namun nasib ! ia hanya seorang tukang tambal ban yang tak punya penghasilan tetap. Di sisi lain ia merasa bimbang dan khawatir dengan kondisi Tini.berbagai upaya ia lakukan dari meminjam uang hingga menjual TV, satu-satunya barang berharga yang ia miliki. Namun...

Lakukan Hal ini untuk jadi Public Speaker yang Handal

Dua belas tahun lalu saya adalah mahasiswa yang cukup aktif dalam organisasi kampus. Saya sempat aktif sebagai anggota BEM fakultas dan masuk bidang Penalaran dimana salah satu fokusnya adalah mengadakan seminar atau workshop di tingkat fakultas. Pengalaman inilah yang saat itu membuat kemampuan public speaking saya meningkat meski saya belum pernah menjadi pembicara dalam sebuah event .  Saat itu, saya cukup aktif memberikan komentar atau pertanyaan saat berada dalam forum diskusi. Ya, meski rasa grogi bahkan takut melakukan kesalahan dalam berpendapat namun saya terus memberanikan diri untuk berbicara di publik.  Dua belas tahun berlalu, saya berpikir kemampuan itu seolah tak terpakai terlebih setelah saya menikah dan mempunyai anak. Saya lebih banyak belajar tentang sesuatu yang dekat dengan keseharian saya sebagai seorang istri dan ibu. Hingga suatu hari saya pernah diminta untuk mengisi diskusi kecil tentang kepenulisan karena saya aktif menulis di media dan juga menulis...

Negeri Tanpa Rasa (ODOP Day 27 of 99)

                                          https://www.youtube.com/watch?v=79FQRiBPPPQ Judul diatas merupakan salah satu judul film pendek berdurasi lima menit(diposting oleh akun Youtube: Ihsan Nur Azizi) yang cukup membuat saya tertarik sebab realitasnya ada dan terasa. Kebetulan sedang iseng mencari film-film pendek yang berisi kritik sosial,  akhirnya terpaut dengan film ini untuk sedikit memberi inspirasi opini lewat film tersebut.   Film ini menggambarkan tentang kondisi Indonesia dan rasanya sepertinya saya tidak perlu menggambarkan ulang lewat tulisan ini sebab apa yang ada dalam film tersebut sudah kita lihat sendiri baik lewat TV, sosial media atau langsung di depan mata kita sendiri. Negeri ini memang sudah “mati” rasa. Tak ada rasa iba terhadap sesama, tak punya rasa malu bahkan rasa-rasanya pemimpin negeri inipun telah lupa diri. Lihat saja, tak han...