Langsung ke konten utama

Kisah Ayam dan Elang (ODOP Day 26 of 99)


Alkisah ada seekor elang yang telurnya terjatuh dari sangkarnya. Beruntung telur itu tidak pecah namun ditemukan oleh induk ayam dan ia mengira bahwa telur itu adalah miliknya. Hari demi hari telur elang itu akhirnya terus dierami bersama diantara telur-telur ayam yang lain hingga kemudian menetas begitupun dengan telur-telur ayam. Ia tak tahu akan identitas dirinya yang sebenarnya. Yang ia tahu, ia adalah bagian dari anak seekor ayam yang telah dirawat oleh induk ayam.
Waktu demi waktu ia berlalu hingga akhirnya ia mampu untuk mencari makanan sendiri bersama dengan anak-anak ayam yang lain.
suatu hari, ia melihat rombongan elang terbang diatas mereka.
“Lihat! Mereka itu apa? Aku ingin sekali bisa terbang seperti mereka.“ Kata anak elang kepada anak-anak ayam yang lain
“Ah, jangan bermimpi. Kamu itu ayam tidak usah bermimpi menjadi elang seperti mereka.” Jawab salah satu anak ayam hingga anak ayam yang lainnnya ikut menertawakan anak elang.
Ketika anak elang itu pulang, ia terus merenungi apa yang tadi dilihatnya. Ia belum tahu bahwa dirinya adalah seekor elang. Setiap ia berpikir tentang keinginannya untuk bisa terbang, teman-temannya selalu menertawakannnya hingga akhirnya ia menerima takdir bahwa dirinya hanyalah seekor ayam. Walaupun dirinya punya dorongan yang besar untuk bisa terbang. Namun karena lingkungan dan teman-temannya yng menganggap dirinya ayam maka ia tidak pernah mencoba untuk terbang dan perlahan-lahan percaya bahwa elang tersebut hanyalah seekor ayam seperti teman-temannya
***
Cerita diatas tentu menjadi bahan renungan dalam diri kita. Setiap orang pasti punya impian. Dan setiap impian yang ada pasti ingin kita capai. Namun diantara kita ada yang berusaha untuk mencapainya hingga berhasil tapi ada pula yang akhirnya menyerah karena merasa bahwa dirinya tidak mampu dan yang lebih parah sama sekali tak berusaha untuk merealisasikannya.
Kita yang kadang ragu biasanya karena kita terlalu banyak memikirkan pendapat orang lain. padahal belum tentu apa yang kita dengar itu benar dan justru membuat kita berhenti mengejar impian kita.
Kawan,
Jangan pernah biarkan pendapat seseorang tentangmu membuatmu berhenti mengejar impianmu. Sebab akan lebih berbahaya jika pendapat seseorang membuat dirimu berubah menjadi seseorang yang kamu tahu itu bukan dirimu.
Wallahu’alam


Komentar

Postingan populer dari blog ini

3 Hal yang Bisa Diambil dalam Film "Miskin Susah Kaya Susah"

Beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah film tahun 2013 yang berjudul "Miskin Susah, Kaya Susah". Film ini diangkat dari sebuah cerpen berjudul "Pispot" karya Hamsad Rangkuti. Film ini sempat tayang di salah satu stasiun TV swasta di negeri ini.  Berkisah tentang sepasang suami istri miskin yang hidupnya begitu nelangsa di sebuah kampung kumuh di pinggiran kota. Mas Karyo (Epy Kusnandar) hanyalah seorang tukang tambal ban. Namun kenyataan pahit harus ia terima saat anaknya Tini menderita sakit tumor otak. Saroh, Sang istri meminta suaminya untuk membawa anaknya ke rumah sakit agar bisa ditolong dan ditangani pihak medis.  Mas Karyo menunggu orang yang mampir ke lapak tambal bannya Namun nasib ! ia hanya seorang tukang tambal ban yang tak punya penghasilan tetap. Di sisi lain ia merasa bimbang dan khawatir dengan kondisi Tini.berbagai upaya ia lakukan dari meminjam uang hingga menjual TV, satu-satunya barang berharga yang ia miliki. Namun...

Lakukan Hal ini untuk jadi Public Speaker yang Handal

Dua belas tahun lalu saya adalah mahasiswa yang cukup aktif dalam organisasi kampus. Saya sempat aktif sebagai anggota BEM fakultas dan masuk bidang Penalaran dimana salah satu fokusnya adalah mengadakan seminar atau workshop di tingkat fakultas. Pengalaman inilah yang saat itu membuat kemampuan public speaking saya meningkat meski saya belum pernah menjadi pembicara dalam sebuah event .  Saat itu, saya cukup aktif memberikan komentar atau pertanyaan saat berada dalam forum diskusi. Ya, meski rasa grogi bahkan takut melakukan kesalahan dalam berpendapat namun saya terus memberanikan diri untuk berbicara di publik.  Dua belas tahun berlalu, saya berpikir kemampuan itu seolah tak terpakai terlebih setelah saya menikah dan mempunyai anak. Saya lebih banyak belajar tentang sesuatu yang dekat dengan keseharian saya sebagai seorang istri dan ibu. Hingga suatu hari saya pernah diminta untuk mengisi diskusi kecil tentang kepenulisan karena saya aktif menulis di media dan juga menulis...

Negeri Tanpa Rasa (ODOP Day 27 of 99)

                                          https://www.youtube.com/watch?v=79FQRiBPPPQ Judul diatas merupakan salah satu judul film pendek berdurasi lima menit(diposting oleh akun Youtube: Ihsan Nur Azizi) yang cukup membuat saya tertarik sebab realitasnya ada dan terasa. Kebetulan sedang iseng mencari film-film pendek yang berisi kritik sosial,  akhirnya terpaut dengan film ini untuk sedikit memberi inspirasi opini lewat film tersebut.   Film ini menggambarkan tentang kondisi Indonesia dan rasanya sepertinya saya tidak perlu menggambarkan ulang lewat tulisan ini sebab apa yang ada dalam film tersebut sudah kita lihat sendiri baik lewat TV, sosial media atau langsung di depan mata kita sendiri. Negeri ini memang sudah “mati” rasa. Tak ada rasa iba terhadap sesama, tak punya rasa malu bahkan rasa-rasanya pemimpin negeri inipun telah lupa diri. Lihat saja, tak han...