Langsung ke konten utama

Menulis adalah Seni Menyampaikan Kebenaran dan Mengikat Ilmu (ODOP Day 19 of 99)


Image result for menulis seni menyampaikan kebenaran
Menulis adalah Sebuah kata yang menurut sebagian orang terasa mudah tapi ternyata sulit. Sulit kalau kita bicara dalam hal menentukan ide, kata pertama apa yang mau ditulis atau tidak tahu mau menulis apa? Tapi mudah buat mereka yang selalu punya ide mau menulis apa, siapa yang jadi objek tulisannya atau mau seperti apa tulisannya dan tentunya sudah terbiasa. Sebenarnya  mudah saja jika kita bingung ingin menulis apa. lihat saja apa yang kita lihat, dengar atau indra semuanya bisa dibuat tulisan. Misal ketika kita melihat bintang dilangit. Kita bisa menulis puisi tentang bintang atau mengarang sebuah cerita fiktif tentng asal muasal bintang dan masih banyak lagi. Menulis sebenarnya bisa dilakukan oleh semua kalangan. Anak kecil, remaja, dewasa bahkan kakek-nenek yang tua renta pun bisa menulis. Bahkan objek menulis bisa siapa dan apa saja. Nah, masalahnya sekarang adalah kenapa terkadang kita susah untuk memulainya?
Semuanya selalu berawal dari proses. Tidak mungkin penulis- penulis besar macam Asma Nadia, Tere Liye, Habiburrahman el Shirazy dan penulis besar lainnya bisa langsung punya bakat yang hebat dalam menulis. Semua tergantung diri kita. Mau atau tidak untuk mulai berlatih. bang Andri Madsa (salah seorang trainer Public Speaking di Indonesia) pernah bilang “sebenarnya tidak ada orang yang memiliki bakat; yang ada hanya orang yang slalu berlatih dan berlatih.” Itu artinya setiap manusia pasti punya kemampuan asalkan mau belajar dan terus berlatih.

namun banyak orang bilang,  "semuanya butuh proses kan?"
Memang benar, tidak ada hasil yang tidak melalui proses. tapi bagaimanapun cara terbaik untuk bisa menulis adalah dengan kita memulai menulis. nilai positifnya juga banyak, salah satunya adalah bahwa menulis adalah seni menyampaikan kebenaran. di dunia saat ini banyak banget berita-berita hoax yang muncul baik lewat media sosial maupun media cetak. Nah kita yang meyakini bahwa kebohongan tidak boleh dibiarkan selayaknya wajib menyampaikan kebenaran. selain dengan tetap melakukan aktivitas nahiy mungkar lewat lisan tidak salahnya menulis menjadi jalan untuk kita menyampaikan yang haq. selain itu menulis adalah bagian dari cara kita untuk mengikat ilmu. seperti apa yang pernah disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib, "Ikatlah ilmu dengan menuliskannya"dan bisa jadi tulisan-tulisan kecil ini suatu saat akan menjadi saksi bahwa kita punya karya. :)

Wallahu’alam

Yuk menulis.
Menulis apa saja untuk menyampaikan kebenaran dan mengukir sebuah peradaban.

noted : Sebenarnya tulisan ini sudah pernah saya tulis distatus FB pas pertama kali ikut kelas menulis. tapi kemudian sedikit saya perbaiki dan saya tambahkan beberapa poin. 

#belajarnulis
#revowriter
#ideowriter

Komentar

Postingan populer dari blog ini

3 Hal yang Bisa Diambil dalam Film "Miskin Susah Kaya Susah"

Beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah film tahun 2013 yang berjudul "Miskin Susah, Kaya Susah". Film ini diangkat dari sebuah cerpen berjudul "Pispot" karya Hamsad Rangkuti. Film ini sempat tayang di salah satu stasiun TV swasta di negeri ini.  Berkisah tentang sepasang suami istri miskin yang hidupnya begitu nelangsa di sebuah kampung kumuh di pinggiran kota. Mas Karyo (Epy Kusnandar) hanyalah seorang tukang tambal ban. Namun kenyataan pahit harus ia terima saat anaknya Tini menderita sakit tumor otak. Saroh, Sang istri meminta suaminya untuk membawa anaknya ke rumah sakit agar bisa ditolong dan ditangani pihak medis.  Mas Karyo menunggu orang yang mampir ke lapak tambal bannya Namun nasib ! ia hanya seorang tukang tambal ban yang tak punya penghasilan tetap. Di sisi lain ia merasa bimbang dan khawatir dengan kondisi Tini.berbagai upaya ia lakukan dari meminjam uang hingga menjual TV, satu-satunya barang berharga yang ia miliki. Namun...

Lakukan Hal ini untuk jadi Public Speaker yang Handal

Dua belas tahun lalu saya adalah mahasiswa yang cukup aktif dalam organisasi kampus. Saya sempat aktif sebagai anggota BEM fakultas dan masuk bidang Penalaran dimana salah satu fokusnya adalah mengadakan seminar atau workshop di tingkat fakultas. Pengalaman inilah yang saat itu membuat kemampuan public speaking saya meningkat meski saya belum pernah menjadi pembicara dalam sebuah event .  Saat itu, saya cukup aktif memberikan komentar atau pertanyaan saat berada dalam forum diskusi. Ya, meski rasa grogi bahkan takut melakukan kesalahan dalam berpendapat namun saya terus memberanikan diri untuk berbicara di publik.  Dua belas tahun berlalu, saya berpikir kemampuan itu seolah tak terpakai terlebih setelah saya menikah dan mempunyai anak. Saya lebih banyak belajar tentang sesuatu yang dekat dengan keseharian saya sebagai seorang istri dan ibu. Hingga suatu hari saya pernah diminta untuk mengisi diskusi kecil tentang kepenulisan karena saya aktif menulis di media dan juga menulis...

Negeri Tanpa Rasa (ODOP Day 27 of 99)

                                          https://www.youtube.com/watch?v=79FQRiBPPPQ Judul diatas merupakan salah satu judul film pendek berdurasi lima menit(diposting oleh akun Youtube: Ihsan Nur Azizi) yang cukup membuat saya tertarik sebab realitasnya ada dan terasa. Kebetulan sedang iseng mencari film-film pendek yang berisi kritik sosial,  akhirnya terpaut dengan film ini untuk sedikit memberi inspirasi opini lewat film tersebut.   Film ini menggambarkan tentang kondisi Indonesia dan rasanya sepertinya saya tidak perlu menggambarkan ulang lewat tulisan ini sebab apa yang ada dalam film tersebut sudah kita lihat sendiri baik lewat TV, sosial media atau langsung di depan mata kita sendiri. Negeri ini memang sudah “mati” rasa. Tak ada rasa iba terhadap sesama, tak punya rasa malu bahkan rasa-rasanya pemimpin negeri inipun telah lupa diri. Lihat saja, tak han...