Ketika diri kita merasa lemah
maka kita akan melakukan hal sebaliknya. Kita menutup, membungkus diri kita,
membuat diri kita kecil bahkan kita menjadi takut menyenggol orang lain. dan
ternyata hal seperti ini dilakukan oleh manusia dan hewan. Artinya ketika
seseorang bertemu dengan orang yang menurutnya lebih berkuasa dan punya
kekuatan dibanding dirinya maka bahasa tubuhnya akan melakukan sebaliknya. Ia akan
merasa lemah sebab ia sedang berhadapan dengan seseorang yang lebih kuat
daripada dirinya.
Hal ini nampaknya dipengaruhi
oleh jenis kelamin antara pria dan wanita. Wanita cenderung akan merasa lemah
didepan pria. Walaupun memang tak selalu teori ini benar. Namun lebih jauh lagi
sesuatu hal yang menjadi faktor seseorang mampu terlihat kuat dihdapan orang
lain bisa jadi adalah karena “berpura-pura” hingga benar-benar mampu mengubah
sikap sebelumnya. Nah yang menajdi pertanyaan adalah jika pikiran dan perasaan
kita mempengaruhi tubuh kita, apakah tubuh kita juga mempengaruhi pikiran dan
perasaan kita? Contoh ketika kita dipaksa untuk tersenyum maka hal itu tidak
hanya membuat orang lain bahagia tatapi diri kita juga ikut bahagia.
Contoh diatas memberikan arti
bahwa tubuh, pikiran dan perasaan kita bekerja secara dua arah. Pikiran dan
perasaan kita mempengaruhi tubuh kita begitupun sebaliknya. Tubuh kita mempengaruhi pikran dan perasaan
kita. Gambarannya adalah bahwa orang yang memiliki kekuatan dan kekuasaan
selalu ingin menonjolkan dirinya, ia memliki rasa percaya diri yang tinggi,
siap untuk mengambil resiko, lebih tegas, lebih optimis dan selalu berpikir
tentang peluan untuk menang. Hal ini memang berbeda jauh dengan orang yang
lemah. Secara fisiologispun keduanya memiliki perbedaan utama dari sisi hormon.
Ada testosteron yaitu hormon dominan dan kortisol yaitu hormon stres? Lalu bagaiman
kedua hormon ini berpengaruh? Akan saya bahas dalam tulisan selanjutnya.
Komentar
Posting Komentar