Langsung ke konten utama

Dua Menit Untuk Mengetahui Siapa Anda? Part 2 (ODOP Day 24 of 99)

Ketika diri kita merasa lemah maka kita akan melakukan hal sebaliknya. Kita menutup, membungkus diri kita, membuat diri kita kecil bahkan kita menjadi takut menyenggol orang lain. dan ternyata hal seperti ini dilakukan oleh manusia dan hewan. Artinya ketika seseorang bertemu dengan orang yang menurutnya lebih berkuasa dan punya kekuatan dibanding dirinya maka bahasa tubuhnya akan melakukan sebaliknya. Ia akan merasa lemah sebab ia sedang berhadapan dengan seseorang yang lebih kuat daripada dirinya.
Hal ini nampaknya dipengaruhi oleh jenis kelamin antara pria dan wanita. Wanita cenderung akan merasa lemah didepan pria. Walaupun memang tak selalu teori ini benar. Namun lebih jauh lagi sesuatu hal yang menjadi faktor seseorang mampu terlihat kuat dihdapan orang lain bisa jadi adalah karena “berpura-pura” hingga benar-benar mampu mengubah sikap sebelumnya. Nah yang menajdi pertanyaan adalah jika pikiran dan perasaan kita mempengaruhi tubuh kita, apakah tubuh kita juga mempengaruhi pikiran dan perasaan kita? Contoh ketika kita dipaksa untuk tersenyum maka hal itu tidak hanya membuat orang lain bahagia tatapi diri kita juga ikut bahagia.

Contoh diatas memberikan arti bahwa tubuh, pikiran dan perasaan kita bekerja secara dua arah. Pikiran dan perasaan kita mempengaruhi tubuh kita begitupun sebaliknya.  Tubuh kita mempengaruhi pikran dan perasaan kita. Gambarannya adalah bahwa orang yang memiliki kekuatan dan kekuasaan selalu ingin menonjolkan dirinya, ia memliki rasa percaya diri yang tinggi, siap untuk mengambil resiko, lebih tegas, lebih optimis dan selalu berpikir tentang peluan untuk menang. Hal ini memang berbeda jauh dengan orang yang lemah. Secara fisiologispun keduanya memiliki perbedaan utama dari sisi hormon. Ada testosteron yaitu hormon dominan dan kortisol yaitu hormon stres? Lalu bagaiman kedua hormon ini berpengaruh? Akan saya bahas dalam tulisan selanjutnya.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

3 Hal yang Bisa Diambil dalam Film "Miskin Susah Kaya Susah"

Beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah film tahun 2013 yang berjudul "Miskin Susah, Kaya Susah". Film ini diangkat dari sebuah cerpen berjudul "Pispot" karya Hamsad Rangkuti. Film ini sempat tayang di salah satu stasiun TV swasta di negeri ini.  Berkisah tentang sepasang suami istri miskin yang hidupnya begitu nelangsa di sebuah kampung kumuh di pinggiran kota. Mas Karyo (Epy Kusnandar) hanyalah seorang tukang tambal ban. Namun kenyataan pahit harus ia terima saat anaknya Tini menderita sakit tumor otak. Saroh, Sang istri meminta suaminya untuk membawa anaknya ke rumah sakit agar bisa ditolong dan ditangani pihak medis.  Mas Karyo menunggu orang yang mampir ke lapak tambal bannya Namun nasib ! ia hanya seorang tukang tambal ban yang tak punya penghasilan tetap. Di sisi lain ia merasa bimbang dan khawatir dengan kondisi Tini.berbagai upaya ia lakukan dari meminjam uang hingga menjual TV, satu-satunya barang berharga yang ia miliki. Namun...

Aktif kembali!

  sudah lebih dari setahun lewat beberapamhari akhirnya saya kembali membuka blog ini. tulisan pertama tahun ini, kira-kira tentang apa ya?  akhirnya diputuskan bahwa tulisan tahun ini akan dimulai tentang serba-serbi ilmu tentang rumah tangga. kenapa? karena kajian atau ilmu rumah tangga masih sangat sedikit. padahal ilmu rumah tangga ini sangatlah penting. tidak kalah pentingnya dengan ilmu parenting. So, tunggu postingan selanjutnya ya.  Jangan lupa follow blogku ya 😘 sekian

Membangun Asa Pemerataan Pendidikan di Wilayah Timur Indonesia bersama PFP

Sumber : pixabay.com Sudah tahun 2024, namun pemerataan pendidikan masih jadi PR di negeri ini . Negeri yang punya potensi besar, namun masyarakatnya masih jauh dari mimpi SDM yang berkualitas. Namun kita tak patut hanya mengkritik tanpa ada aksi nyata.  Ada cerita yang sering aku  dengar dari Ayahku, saat aku kecil. Dulu, ayahku  bercerita bahwa  ia sangat ingin sekali mengenyam pendidikan hingga Perguruan tinggi. Saat itu, ayahku adalah seorang siswa SMK. Namun saat beliau masih kelas dua,  keinginannya untuk bisa masuk perguruan tinggi harus kandas karena perubahan kebijakan di negeri ini. Beliau pun akhirnya bertekad agar semua anaknya bisa merasakan belajar hingga ke perguruan tinggi dan mimpi itu terwujud. Semua anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi.  Jika ayahku punya mimpi agar semua anak-anaknya bisa merasakan bangku kuliah, maka begitupun yang dilakukan oleh Bhrisco Jordy Dudi Padatu. Pemuda kelahiran Jayapura yang punya s...