Langsung ke konten utama

Filosofi Laron (ODOP Day 25 of 99)

Laron adalah sejenis rayap namun ia bersayap. Ya, ia sesungguhnya adalah rayap. Layaknya para rayap sebenarnya ia tinggal di  dalam tanah. Lalu mengapa laron justru memiliki sayap dan ia selalu senang berada diantara cahaya?
Rayap yang telah siap bereproduksi memiliki ciri salah satunya adalah keberadaan sayap-sayap mereka. Inilah yang disebut sebagai laron. Keberadaan mereka yang kemudia keluar dari tempat tinggal mereka adalah untuk mencari pasangan agar bisa berkembangbiak. Pada saat menjelang hujan turun,  udara di dalam tanah tempat tinggal laron menjadi lebih lembab, hal ini dihindari oleh laron sehingga laron keluar dari sarangnya mencari sumber cahaya yang kita tau apabila lampu menyala atau sebagainya menjadi panas dan kemudian meradiasikan kalor atau panas kesekitarnya. Dan akan kita lihat para laron itu terbang memutari cahaya karena mencari pasangan mereka. Setelah itu ada diantara mereka yang mati sebab sayap-sayap mereka tak mampu bertahan jika sudah lewat satu hari.  Mereka yang berhasil memperoleh pasangan kemudian berkembangbiak dan kembali ketempat asalnya.
Jika kita melihat kehidupan laron, kita akan mnejumpai bahwa para laron itu tidak akan selamanya berada diluar tempat asal mereka. Mereka hanya keluar disaat-saat tertentu karena kondisi tertentu. Marilah kita belajar dari kehiduapan laron.

Ibarat manusia, gambaran kehdupan laron adalah gambaran makhluk yang sadar bahwa kehidupan dunia ini bukan untuk selamanya.lebih jauh dari hal tersebut bukan berarti manusia hidup hanya untuk berkembangbiak. Tapi bagaimana kita memamhami bahwa dunia ini tempat kita memperoleh tujuan untuk kehidupan selanjutnya yaitu akhirat. Dunia ini hanya se,mentara dan persinggahan tempat kita mencari dan mengumpulkan bekal akhirat. Jangan sampai kita terperdaya oleh dunia hingga akhirnya kita hanya akan menjadi manusia yang mati sia-sia. Na’udzubillah..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

3 Hal yang Bisa Diambil dalam Film "Miskin Susah Kaya Susah"

Beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah film tahun 2013 yang berjudul "Miskin Susah, Kaya Susah". Film ini diangkat dari sebuah cerpen berjudul "Pispot" karya Hamsad Rangkuti. Film ini sempat tayang di salah satu stasiun TV swasta di negeri ini.  Berkisah tentang sepasang suami istri miskin yang hidupnya begitu nelangsa di sebuah kampung kumuh di pinggiran kota. Mas Karyo (Epy Kusnandar) hanyalah seorang tukang tambal ban. Namun kenyataan pahit harus ia terima saat anaknya Tini menderita sakit tumor otak. Saroh, Sang istri meminta suaminya untuk membawa anaknya ke rumah sakit agar bisa ditolong dan ditangani pihak medis.  Mas Karyo menunggu orang yang mampir ke lapak tambal bannya Namun nasib ! ia hanya seorang tukang tambal ban yang tak punya penghasilan tetap. Di sisi lain ia merasa bimbang dan khawatir dengan kondisi Tini.berbagai upaya ia lakukan dari meminjam uang hingga menjual TV, satu-satunya barang berharga yang ia miliki. Namun...

Lakukan Hal ini untuk jadi Public Speaker yang Handal

Dua belas tahun lalu saya adalah mahasiswa yang cukup aktif dalam organisasi kampus. Saya sempat aktif sebagai anggota BEM fakultas dan masuk bidang Penalaran dimana salah satu fokusnya adalah mengadakan seminar atau workshop di tingkat fakultas. Pengalaman inilah yang saat itu membuat kemampuan public speaking saya meningkat meski saya belum pernah menjadi pembicara dalam sebuah event .  Saat itu, saya cukup aktif memberikan komentar atau pertanyaan saat berada dalam forum diskusi. Ya, meski rasa grogi bahkan takut melakukan kesalahan dalam berpendapat namun saya terus memberanikan diri untuk berbicara di publik.  Dua belas tahun berlalu, saya berpikir kemampuan itu seolah tak terpakai terlebih setelah saya menikah dan mempunyai anak. Saya lebih banyak belajar tentang sesuatu yang dekat dengan keseharian saya sebagai seorang istri dan ibu. Hingga suatu hari saya pernah diminta untuk mengisi diskusi kecil tentang kepenulisan karena saya aktif menulis di media dan juga menulis...

Negeri Tanpa Rasa (ODOP Day 27 of 99)

                                          https://www.youtube.com/watch?v=79FQRiBPPPQ Judul diatas merupakan salah satu judul film pendek berdurasi lima menit(diposting oleh akun Youtube: Ihsan Nur Azizi) yang cukup membuat saya tertarik sebab realitasnya ada dan terasa. Kebetulan sedang iseng mencari film-film pendek yang berisi kritik sosial,  akhirnya terpaut dengan film ini untuk sedikit memberi inspirasi opini lewat film tersebut.   Film ini menggambarkan tentang kondisi Indonesia dan rasanya sepertinya saya tidak perlu menggambarkan ulang lewat tulisan ini sebab apa yang ada dalam film tersebut sudah kita lihat sendiri baik lewat TV, sosial media atau langsung di depan mata kita sendiri. Negeri ini memang sudah “mati” rasa. Tak ada rasa iba terhadap sesama, tak punya rasa malu bahkan rasa-rasanya pemimpin negeri inipun telah lupa diri. Lihat saja, tak han...