Langsung ke konten utama

Menyederhanakan Masalah Sebab Hidup Itu Mudah (ODOP Day 18 of 99)


Di dunia ini tak ada manusia yang tak pernah tidak punya masalah. Jika orang miskin selalu mengeluh karena sering tak punya uang hingga harus berhutang sana sini tak berarti orang kaya dengan berlimpah harta tak bermasalah. bisa jadi Allah uji mereka dengan sakit yang tak kunjung sembuh atau hausnya ia akan kebahagian, jika para jomlo mengeluhkan dirinya yang tak kunjung menemukan pasangan hidup bukan berarti yang sudah menikah tak diuju. Bisa jadi Allah uji mereka dengan haraan memiliki keturan yang tak kunjung datang. Bahkan orang yang merasa dirinya tak punya masalah justru itu yang menjadi masalahnya. J
Namun bukan berarti badai takkan berlalu. Ketika Allah memberi kesulitan pasti ada kemudahan yang membersamainya. Tentu kita sering mendengar ayat ini
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5)
 Ayat ini pun diulang setelah itu,
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 6).


dalam ayat ini para mufafsir menerangkan bahwa kesulitan hanyalah satu karena ia menggunakan isim ma’rifah (sesuatu yang sudah tertentu), maksudnya kesulitan pertama sama dengan kesulitan kedua. Sedangkan kemudahan dalam ayat tersebut adalah dua karena ia menggunakan isim nakiroh (sesuatu yang penunjukannya belum tertentu), maksudnya kemudahan pertama dan kedua itu berbeda. Jadi kesulitan yang ada itu hanya satu, sedangkan kemudahan itu dua.( Keterangan Ibnu Katsir dalam Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14/392, Muassasah Qurthubah)
Bahkan betapa baiknya Allah hingga Ia memberikan dua kemudahan diatara kesulitan. Al Hasan Al Bashri mengatakan bahwa ketika turun surat Alam Nasyroh ayat 5-6, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Kabarkanlah bahwa akan datang pada kalian kemudahan. Karena satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan.”
Maha benar Allah dengan segal firmanNya. Zat yang maha tinggi bahkan menjamin umatNya terbebas dari kesempitan menuju kelapangan

سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا
Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. Ath Tholaq: 7)

Namun bukan berarti ketika ada masalah kita hanya diam saja tanpa ada upaya untuk keluar dari masalah. Sebab manusia diberi kesempatan oleh Allah swt untuk berusha sembari bertawakkal kepada Allah SWT. Dalam hal ini pula tentu kesabaran dalam menghadapi ujian sangat dibutuhkan.


سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا
Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. Ath Tholaq: 7)

Sabar menanti adanya kelapangan adalah solusi paling ampuh dalam menghadapi masalah, bukan dengan mengeluh dan berkeluh kesah. Teringat dengan bait sya”ir yang pernah diucapkan oleh Imam Syafii :

Bersabarlah yang baik, maka niscaya kelapangan itu begitu dekat.
Barangsiapa yang mendekatkan diri pada Allah untuk lepas dari kesulitan, maka ia pasti akan selamat.
Barangsiapa yang begitu yakin dengan Allah, maka ia pasti tidak merasakan penderitaan.
Barangsiapa yang selalu berharap pada-Nya, maka Allah pasti akan memberi pertolongan.

Kita memang perlu menyederhanakan masalah kita. Sebab panutan kita baginda rasulullah SAW telah menggambarkannya kepada kita. Lihatlah bagaimana ketika beliau akhirnya meniatkan berpuasa tak memiliki makanan.
Pada suatu hari, rasulullah s.a.w bertanya kepadaku: “ wahai Aisyah apakah kamu mempunyai makanan? “ Aisyah menjawab, “Tidak, ya Rasulullah” Beliau bersabda, “ kalau begitu aku akan berpuasa.” (HR. Muslim)
Sungguh berbeda sekali dengan diri kita hari ini. Soal makan saja, kadang kita bingung mau makan apa dan dimana. Maka mari kita belajar dari apa yang telah Rasulullah contohkan kepada kita. Setipa manusia punya masalah tinggal bagaiman kita memandang masalah tersebut. Namun hal ini bukan berarti kita diam terhadap kedzaliman. Wallahu’lam.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

3 Hal yang Bisa Diambil dalam Film "Miskin Susah Kaya Susah"

Beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah film tahun 2013 yang berjudul "Miskin Susah, Kaya Susah". Film ini diangkat dari sebuah cerpen berjudul "Pispot" karya Hamsad Rangkuti. Film ini sempat tayang di salah satu stasiun TV swasta di negeri ini.  Berkisah tentang sepasang suami istri miskin yang hidupnya begitu nelangsa di sebuah kampung kumuh di pinggiran kota. Mas Karyo (Epy Kusnandar) hanyalah seorang tukang tambal ban. Namun kenyataan pahit harus ia terima saat anaknya Tini menderita sakit tumor otak. Saroh, Sang istri meminta suaminya untuk membawa anaknya ke rumah sakit agar bisa ditolong dan ditangani pihak medis.  Mas Karyo menunggu orang yang mampir ke lapak tambal bannya Namun nasib ! ia hanya seorang tukang tambal ban yang tak punya penghasilan tetap. Di sisi lain ia merasa bimbang dan khawatir dengan kondisi Tini.berbagai upaya ia lakukan dari meminjam uang hingga menjual TV, satu-satunya barang berharga yang ia miliki. Namun...

Lakukan Hal ini untuk jadi Public Speaker yang Handal

Dua belas tahun lalu saya adalah mahasiswa yang cukup aktif dalam organisasi kampus. Saya sempat aktif sebagai anggota BEM fakultas dan masuk bidang Penalaran dimana salah satu fokusnya adalah mengadakan seminar atau workshop di tingkat fakultas. Pengalaman inilah yang saat itu membuat kemampuan public speaking saya meningkat meski saya belum pernah menjadi pembicara dalam sebuah event .  Saat itu, saya cukup aktif memberikan komentar atau pertanyaan saat berada dalam forum diskusi. Ya, meski rasa grogi bahkan takut melakukan kesalahan dalam berpendapat namun saya terus memberanikan diri untuk berbicara di publik.  Dua belas tahun berlalu, saya berpikir kemampuan itu seolah tak terpakai terlebih setelah saya menikah dan mempunyai anak. Saya lebih banyak belajar tentang sesuatu yang dekat dengan keseharian saya sebagai seorang istri dan ibu. Hingga suatu hari saya pernah diminta untuk mengisi diskusi kecil tentang kepenulisan karena saya aktif menulis di media dan juga menulis...

Negeri Tanpa Rasa (ODOP Day 27 of 99)

                                          https://www.youtube.com/watch?v=79FQRiBPPPQ Judul diatas merupakan salah satu judul film pendek berdurasi lima menit(diposting oleh akun Youtube: Ihsan Nur Azizi) yang cukup membuat saya tertarik sebab realitasnya ada dan terasa. Kebetulan sedang iseng mencari film-film pendek yang berisi kritik sosial,  akhirnya terpaut dengan film ini untuk sedikit memberi inspirasi opini lewat film tersebut.   Film ini menggambarkan tentang kondisi Indonesia dan rasanya sepertinya saya tidak perlu menggambarkan ulang lewat tulisan ini sebab apa yang ada dalam film tersebut sudah kita lihat sendiri baik lewat TV, sosial media atau langsung di depan mata kita sendiri. Negeri ini memang sudah “mati” rasa. Tak ada rasa iba terhadap sesama, tak punya rasa malu bahkan rasa-rasanya pemimpin negeri inipun telah lupa diri. Lihat saja, tak han...