Tidak dipungkiri
di era digital hari ini gadget menjadi salah satu alat yang penting oleh
sebagian besar kalangan. Kecanggihan teknologi telah memudahkan segalanya. Akses
informasi –terlepas berita hoax atau tidak- menjadi sangat mudah untuk kita
peroleh hanya dalam waktu hitungan detik. Sekedar melepas kangen misalnya
dengan kerabat jauh kini bukanlah hambatan. barang-barang yang kita butuhkan atau inginkan bisa kita peroleh
dengan hanya memegang gadget tanpa harus lelah. Bahkan sampai ibu rumah tangga
saja bisa memanfaatkan gadget untuk bisa meraup rezeki dengan berjualan online
yang hanya bermodal HP.
Namun disisi
lain, gadget telah merusak sebagian dari generasi zaman now. Ketergantungan terhadap
gedget ternyata juga memberikan efek negatif ketika tidak ada kontrol. Kasus
dua pasien sakit jiwa di bondowoso menjadi salah satu contoh kecil efek dari gadget
yang tanpa kontrol. Dua pasien tersebut diduga mengalami masalah kejiwaan
akibat kecanduan gadget. Awalnya kedua anak tersebut -diketahui baru berusia
14 tahun dan 16 tahun- difasilitasi laptop sebagai sarana untuk mengerjakan
tugas oleh orangtuanya. Di tahun pertama belum ada masalah. Prestasi dan interaksi
terhadap relasi masih terbilang normal. Namun memasuki tahun kedua muncul gejala-gejala
aneh seperti tidak mau sekolah, prestasi mereka menurun, berkurangnya interaksi
di luar rumahdan juga menjadi lebih sensitif. Reaksi makin parah adalah mereka
sangat membenci orangtua mereka ketiak tidak diberi gadget. Bahkan keduanya
terlihat sepperti orang sakau. Membentur-benturkan kepala ke tembok, menendang
lemari sampai memukul kepala mereka sendiri.
Menurut Dokter Spesialis
Kejiwaan, dr. Dewi Prisca bahwa otak kita memiliki pagian yang disebut dengan Prefrontal
Cortex yang ia berfungsi salah satunya untuk menimbang mana benar atau
salah, ketika bagian tersebut mengalami kerusakan akibat adanya kecanduan maka
bagian ini akan mengecil sehingga menyebabkan sulit untuk membedakan mana hal
yang benar atau salah.
Iapun meyakini sebenarnya
sekarang banyak anak yang mengalami kasus serupa. Tapi orang tuanya enggan
mengkonsultasikan anaknya ke rumah sakit atau kurang menyadari masalah yang
tengah dihadapi si anak. Ia juga menjelaskan kasus dua anak itu hendaknya
menjadi peringatan keras bagi semua orang tua dan semua pemangku kepentingan di
sekolah agar anak betul-betul mendapat perhatian. Jangan sampai gadget
mengalihkan dunianya hingga anak keranjingan alis kecanduan gadget.
Selayaknya orang tua mempunyai
peran aktif dalam mendidik anak. Sebab anak-anak tentu membutuhkan perhatian
dan keberadaan orang-orang terdekatnya. Jangan sampai masa tumbuh kembang
anak-anak kita diisi dan teralihkan oleh gadget. Sebab sejatinya gadget
dimanfaatkan untuk memudahkan penggunanya bukan malah merusak. Jangan sampai
orang tua juga tersibukan dengan aktivitas lain hingga melalaikan perannya
membersamai anak.
Garut, 17 januari 2018
\
Komentar
Posting Komentar