Langsung ke konten utama

MENGHADAPI KEHIDUPAN PASCA NIKAH (ODOP Day 1 of 99)


Menikah memang menjadi dambaan setiap orang. Saya sendiripun begitu dan pasti siapapun berharap bisa menemukan jodoh atau pasangannya diusia yang dinilai matang. Namun pernahkah terpikir bagaimana kehidupan setelah menikah?
Jikalau melihat pesta pernikahan baik diadakan sederhana atau mewah pastilah pasangan yang baru menikah tengah merasakan bahagia. Namun kehidupan setelah menikah tentulah tak sama dengan keadaan ketika mengadakan pesta pernikahan yang dirayakan dengan penuh suka cita. Memanglah benar bahwa setelah menikah seolah kebahagiaan itu akan terus hadir, kesedihan tak akan berlangsung lama sebab sudah ada yang membersamai. Bahkan teman saya selalu dilanda kegalauan sebab sudah sangat berharap ingin menikah karena merasa bahwa ia kesepian.
Sebelum jauh ngebahas hal tersebut, alasan kenapa akhirnya saya membahas ini walaupun mungkin lamanya pernikahan saya dengan suami belum sejauh para pasangan yang lain dan pastinya, pengalamanpun tak sebanyak mereka yang sudah menikah bertahun-tahun. Tapi setidaknya saya ingin sedikit berbagi bahwa kehidupan pasca menikah tak seperti kehidupan pernikahan Cinderella atau drama korea yng punya alur cerita setelah menikah tidak lama setelah itu punya anak, kehidupan mapan, punya rumah dan mobil pribadi akhirnya hidup bahagia. Helloo..sayang kehidupan pernikahan tak seindah yang dibayangkan.
Kehidupan pasca menikah adalah kehidupan yang sebetulnya tidak jauh dengan kehidupan keluarga kita, banyak pertengkaran, kegaduhan, tidak melulu soal bahagia, tidak melulu soal jalan-jalan tapi semua bercampur jadi satu. Ikatan pernikahan ini diikat oleh sebuah komitmen. Komitmen untuk berusaha satu frekuensi. Sebab jika tak satu frekuensi dan arah jadilah pernikahan berujung pada perceraian. Oleh karenanya kehidupan pasca menikah itu butuh sesuatu yang realistis bukan melulu soal cinta. Walaupun tetap butuh cinta. Tapi intinya kehidupan setelah menikah itu tak seperti lagu Ari Lasso “ badai...pasti berlaluuu” (bacanya jangan sambil nyanyi yaa :D)yang ada jika badai yang satu terlah berlalu maka akan ada badai yang lain bisa jadi tanah longsor, gempa bumi dan lain sebagainya. Selebihnya bahwa kekuatan untuk berkomitmen menjaga ikatan pernikahan butuh antardua belah pihak agar badai pernikahan yang dilalui tak berujung pada hancurnya kehidupan rumah tangga.


Tasikmalaya, 15 Januari 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

3 Hal yang Bisa Diambil dalam Film "Miskin Susah Kaya Susah"

Beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah film tahun 2013 yang berjudul "Miskin Susah, Kaya Susah". Film ini diangkat dari sebuah cerpen berjudul "Pispot" karya Hamsad Rangkuti. Film ini sempat tayang di salah satu stasiun TV swasta di negeri ini.  Berkisah tentang sepasang suami istri miskin yang hidupnya begitu nelangsa di sebuah kampung kumuh di pinggiran kota. Mas Karyo (Epy Kusnandar) hanyalah seorang tukang tambal ban. Namun kenyataan pahit harus ia terima saat anaknya Tini menderita sakit tumor otak. Saroh, Sang istri meminta suaminya untuk membawa anaknya ke rumah sakit agar bisa ditolong dan ditangani pihak medis.  Mas Karyo menunggu orang yang mampir ke lapak tambal bannya Namun nasib ! ia hanya seorang tukang tambal ban yang tak punya penghasilan tetap. Di sisi lain ia merasa bimbang dan khawatir dengan kondisi Tini.berbagai upaya ia lakukan dari meminjam uang hingga menjual TV, satu-satunya barang berharga yang ia miliki. Namun...

Aktif kembali!

  sudah lebih dari setahun lewat beberapamhari akhirnya saya kembali membuka blog ini. tulisan pertama tahun ini, kira-kira tentang apa ya?  akhirnya diputuskan bahwa tulisan tahun ini akan dimulai tentang serba-serbi ilmu tentang rumah tangga. kenapa? karena kajian atau ilmu rumah tangga masih sangat sedikit. padahal ilmu rumah tangga ini sangatlah penting. tidak kalah pentingnya dengan ilmu parenting. So, tunggu postingan selanjutnya ya.  Jangan lupa follow blogku ya 😘 sekian

Membangun Asa Pemerataan Pendidikan di Wilayah Timur Indonesia bersama PFP

Sumber : pixabay.com Sudah tahun 2024, namun pemerataan pendidikan masih jadi PR di negeri ini . Negeri yang punya potensi besar, namun masyarakatnya masih jauh dari mimpi SDM yang berkualitas. Namun kita tak patut hanya mengkritik tanpa ada aksi nyata.  Ada cerita yang sering aku  dengar dari Ayahku, saat aku kecil. Dulu, ayahku  bercerita bahwa  ia sangat ingin sekali mengenyam pendidikan hingga Perguruan tinggi. Saat itu, ayahku adalah seorang siswa SMK. Namun saat beliau masih kelas dua,  keinginannya untuk bisa masuk perguruan tinggi harus kandas karena perubahan kebijakan di negeri ini. Beliau pun akhirnya bertekad agar semua anaknya bisa merasakan belajar hingga ke perguruan tinggi dan mimpi itu terwujud. Semua anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi.  Jika ayahku punya mimpi agar semua anak-anaknya bisa merasakan bangku kuliah, maka begitupun yang dilakukan oleh Bhrisco Jordy Dudi Padatu. Pemuda kelahiran Jayapura yang punya s...