Langsung ke konten utama

Waktu Luang (ODOP Day 8 of 99)


A : “Alhamdulillah sebentar lagi kita bakal libur sekolah dan ada banyak hal yang mau aku lakukan pas liburan. “
B :“iya, alhamdulillah..lumayan ada waktu 2 minggu liburan bisa  dipake buat nyelesein baca buku x.”
Seminggu berselang...............
A : “gimana? Udah selese baca bukunya?”
B : “Belum..ngga tau kenapa libur sekolah kerjaan malah Cuma “ngukur kasur” alias tidur..”

Ada yang pernah ngalamin kaya percakapan singkat diatas?
Ngaku aja deh.. J saya juga begitu.
Libur atau hari libur identik dengan waktu luang yang banyak dan menganggap bahwa waktu luang itu nikmat. Kenapa?
Secara teori iya, karena keberadaan waktu luang maka seseorang bisa melakukan apa yang dia mau. Waktu luang juga banyak dijadikan oleh banyak orang untuk mengisi atau merealisasikan hal-hal yang sudah ia buat sebelumnya namun belum terlaksana ketika sibuk. Tak sedikit dari kita juga mengisi waktu luang dengan hiburan atau liburan untuk merefresh  pikiran. Namun  pada faktanya diantara kita nyatanya banyak yang terjebak oleh waktu yang katanya disebut sebagai waktu luang. Alih-alih ingin melakukan atau merealisasikan hal yang sudah kita buat justru yang ada waktu luang jadi “ajang” untuk pemalasan atau menunda-nunda pekerjaan. Kita berpikir waktu luang itu panjang sehingga selama masih ada waktu maka pekerjaan bisa dilakukan dilain waktu.
Padahal, kita ngga tau apakah waktu yang kita punya dan kita lewati selama libur akan terus ada. Mungkin benar apa yang pernah dikatakan rasulullah bahwa waktu luang adalah salah satu nikmat yang sering membuat kita tertipu.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)

Ibnul Jauzi juga mengatakan nasehat yang sudah semestinya menjadi renungan kita, “Intinya, dunia adalah ladang beramal untuk menuai hasil di akhirat kelak. Dunia adalah tempat kita menjajakan barang dagangan, sedangkan keuntungannya akan diraih di akhirat nanti. Barangsiapa yang memanfaatkan waktu luang dan nikmat sehat dalam rangka melakukan ketaatan, maka dialah yang akan berbahagia. Sebaliknya, barangsiapa memanfaatkan keduanya dalam maksiat, dialah yang betul-betul tertipu. Sesudah waktu luang akan datang waktu yang penuh kesibukan. Begitu pula sesudah sehat akan datang kondisi sakit yang tidak menyenangkan.”(Fathul Bari, Ibnu Hajar, 18/219, Mawqi’ Al Islam)
Maka jika kita menyadari bahwa waktu luang adalah salah satu nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita, gunakanlah untuk melakukan hal-hal produktif dan positif. Bersantai atau mengisinya dengan liburan memang tidak salah tapi jangan sampai setiap waktu luang yang kita punya hanya diisi dengan jalan-jalan, liburan atau sekedar bersantai hingga membuat kita menjadi lalai dan akhirnya menunda-nunda untuk melakukan hal produktif.

Jatinangor, yang malamnya terasa lebih dingin dibanding kota Garut.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

3 Hal yang Bisa Diambil dalam Film "Miskin Susah Kaya Susah"

Beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah film tahun 2013 yang berjudul "Miskin Susah, Kaya Susah". Film ini diangkat dari sebuah cerpen berjudul "Pispot" karya Hamsad Rangkuti. Film ini sempat tayang di salah satu stasiun TV swasta di negeri ini.  Berkisah tentang sepasang suami istri miskin yang hidupnya begitu nelangsa di sebuah kampung kumuh di pinggiran kota. Mas Karyo (Epy Kusnandar) hanyalah seorang tukang tambal ban. Namun kenyataan pahit harus ia terima saat anaknya Tini menderita sakit tumor otak. Saroh, Sang istri meminta suaminya untuk membawa anaknya ke rumah sakit agar bisa ditolong dan ditangani pihak medis.  Mas Karyo menunggu orang yang mampir ke lapak tambal bannya Namun nasib ! ia hanya seorang tukang tambal ban yang tak punya penghasilan tetap. Di sisi lain ia merasa bimbang dan khawatir dengan kondisi Tini.berbagai upaya ia lakukan dari meminjam uang hingga menjual TV, satu-satunya barang berharga yang ia miliki. Namun...

Lakukan Hal ini untuk jadi Public Speaker yang Handal

Dua belas tahun lalu saya adalah mahasiswa yang cukup aktif dalam organisasi kampus. Saya sempat aktif sebagai anggota BEM fakultas dan masuk bidang Penalaran dimana salah satu fokusnya adalah mengadakan seminar atau workshop di tingkat fakultas. Pengalaman inilah yang saat itu membuat kemampuan public speaking saya meningkat meski saya belum pernah menjadi pembicara dalam sebuah event .  Saat itu, saya cukup aktif memberikan komentar atau pertanyaan saat berada dalam forum diskusi. Ya, meski rasa grogi bahkan takut melakukan kesalahan dalam berpendapat namun saya terus memberanikan diri untuk berbicara di publik.  Dua belas tahun berlalu, saya berpikir kemampuan itu seolah tak terpakai terlebih setelah saya menikah dan mempunyai anak. Saya lebih banyak belajar tentang sesuatu yang dekat dengan keseharian saya sebagai seorang istri dan ibu. Hingga suatu hari saya pernah diminta untuk mengisi diskusi kecil tentang kepenulisan karena saya aktif menulis di media dan juga menulis...

Negeri Tanpa Rasa (ODOP Day 27 of 99)

                                          https://www.youtube.com/watch?v=79FQRiBPPPQ Judul diatas merupakan salah satu judul film pendek berdurasi lima menit(diposting oleh akun Youtube: Ihsan Nur Azizi) yang cukup membuat saya tertarik sebab realitasnya ada dan terasa. Kebetulan sedang iseng mencari film-film pendek yang berisi kritik sosial,  akhirnya terpaut dengan film ini untuk sedikit memberi inspirasi opini lewat film tersebut.   Film ini menggambarkan tentang kondisi Indonesia dan rasanya sepertinya saya tidak perlu menggambarkan ulang lewat tulisan ini sebab apa yang ada dalam film tersebut sudah kita lihat sendiri baik lewat TV, sosial media atau langsung di depan mata kita sendiri. Negeri ini memang sudah “mati” rasa. Tak ada rasa iba terhadap sesama, tak punya rasa malu bahkan rasa-rasanya pemimpin negeri inipun telah lupa diri. Lihat saja, tak han...