Langsung ke konten utama

Dakwah : Ilmu Marketing Islam (ODOP day 5 of 99)


Ada keterkaitan antara dakwah dengan ilmu marketing atau bahasa umumnya “jualan”. Semua orang di dunia ini ngga ada yang pernah ngga berkecimpung dengan ilmu marketing. Ya, semua manusia pasti pernah jualan. Sekelas orang yang kerja saja yang dijual ya kemampuannya. Dibayarnya pake apa? Gaji.
Artinya sebetulnya jualan itu ngga sulit-sulit amat. Karena semua orang pernah melakukannya. Saya juga gitu. Sedikit cerita, saya pertama kali jualan itu pas jamn saya kelas 3 SD. Jadi ceritanya dulu saya itu suka banget ngegambar, apapun saya gambar dan pernah juga ikutan lomba melukis dari jaman saya masih TK. :D. sampe ada suatu waktu temen saya ngeliat gambar-gambar saya dan ternyata dia suka. Dia bilang “ gambarmu bagus, aku minta satu ya” saya bilang ‘jangan.. ini koleksiku. Kecuali kalau kamu mau bayar J
“kalau gitu, gimana kalo aku beli, 200 perak 1 gambar.
Saya bilang, “ 500 perak deh”
“ yaudah deh 500 perak..”
Itu adalah sedikit contoh teknik marketing sederhana. Dan dalam sebuah bisnis, marketing adalah satu hal yang penting bahkan paling penting diantara komponen penting lainnya. Ilmu marketing yang membuat sebuah bisnis tetap berjalan. Ilmu marketing yang membuat SDM yang berkecimpung menjadi terberdayakan.
Nah, jika dalam bisnis saja jualan begitu penting tidakkah dalam Dakwah juga demikian?
Dakwah  adalah bagian dari ilmu marketing. Jika tak ada dakwah akankah agama ini tetap hidup? Saya rasa tidak. Bahkan rasul pernah menggambarkan dalam sebuah hadits
Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus ad-Daary radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama itu nasihat”. Kami pun bertanya, “Hak siapa (nasihat itu)?”. Beliau menjawab, “Nasihat itu adalah hak Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemerintah kaum muslimin dan rakyatnya (kaum muslimin)”. (HR. Muslim)
Islam ini hidup oleh para pengembannya. Terbayang, jika ia tak hidup, mana mungkin keberadaan islam bisa tersebar hingga saat ini. Bahkan para pemeluknya terus bertambah tidak mungkin terjadi dengan sendirinya. Pastilah ada orang-orang yang menyampaikannya. Maka selayaknya jika kita serius dalam bisnis maka serius pulalah dengan dakwah menyampaikan islam. Sebab diri kita hidup karena aturan islam juga masih hidup dalam kehidupan kita. Sebab lihatlah, bagaimana aturan islam ini sebagian besar telah ditinggalkan, justru kerusakan dan kehancuran yang semakin jelas terlihat. Wallahu’alam


Komentar

Postingan populer dari blog ini

3 Hal yang Bisa Diambil dalam Film "Miskin Susah Kaya Susah"

Beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah film tahun 2013 yang berjudul "Miskin Susah, Kaya Susah". Film ini diangkat dari sebuah cerpen berjudul "Pispot" karya Hamsad Rangkuti. Film ini sempat tayang di salah satu stasiun TV swasta di negeri ini.  Berkisah tentang sepasang suami istri miskin yang hidupnya begitu nelangsa di sebuah kampung kumuh di pinggiran kota. Mas Karyo (Epy Kusnandar) hanyalah seorang tukang tambal ban. Namun kenyataan pahit harus ia terima saat anaknya Tini menderita sakit tumor otak. Saroh, Sang istri meminta suaminya untuk membawa anaknya ke rumah sakit agar bisa ditolong dan ditangani pihak medis.  Mas Karyo menunggu orang yang mampir ke lapak tambal bannya Namun nasib ! ia hanya seorang tukang tambal ban yang tak punya penghasilan tetap. Di sisi lain ia merasa bimbang dan khawatir dengan kondisi Tini.berbagai upaya ia lakukan dari meminjam uang hingga menjual TV, satu-satunya barang berharga yang ia miliki. Namun...

Lakukan Hal ini untuk jadi Public Speaker yang Handal

Dua belas tahun lalu saya adalah mahasiswa yang cukup aktif dalam organisasi kampus. Saya sempat aktif sebagai anggota BEM fakultas dan masuk bidang Penalaran dimana salah satu fokusnya adalah mengadakan seminar atau workshop di tingkat fakultas. Pengalaman inilah yang saat itu membuat kemampuan public speaking saya meningkat meski saya belum pernah menjadi pembicara dalam sebuah event .  Saat itu, saya cukup aktif memberikan komentar atau pertanyaan saat berada dalam forum diskusi. Ya, meski rasa grogi bahkan takut melakukan kesalahan dalam berpendapat namun saya terus memberanikan diri untuk berbicara di publik.  Dua belas tahun berlalu, saya berpikir kemampuan itu seolah tak terpakai terlebih setelah saya menikah dan mempunyai anak. Saya lebih banyak belajar tentang sesuatu yang dekat dengan keseharian saya sebagai seorang istri dan ibu. Hingga suatu hari saya pernah diminta untuk mengisi diskusi kecil tentang kepenulisan karena saya aktif menulis di media dan juga menulis...

Negeri Tanpa Rasa (ODOP Day 27 of 99)

                                          https://www.youtube.com/watch?v=79FQRiBPPPQ Judul diatas merupakan salah satu judul film pendek berdurasi lima menit(diposting oleh akun Youtube: Ihsan Nur Azizi) yang cukup membuat saya tertarik sebab realitasnya ada dan terasa. Kebetulan sedang iseng mencari film-film pendek yang berisi kritik sosial,  akhirnya terpaut dengan film ini untuk sedikit memberi inspirasi opini lewat film tersebut.   Film ini menggambarkan tentang kondisi Indonesia dan rasanya sepertinya saya tidak perlu menggambarkan ulang lewat tulisan ini sebab apa yang ada dalam film tersebut sudah kita lihat sendiri baik lewat TV, sosial media atau langsung di depan mata kita sendiri. Negeri ini memang sudah “mati” rasa. Tak ada rasa iba terhadap sesama, tak punya rasa malu bahkan rasa-rasanya pemimpin negeri inipun telah lupa diri. Lihat saja, tak han...