Ditengah kondisi sekarang emang sulit untuk percaya
dengan orang yang baru atau belum kita kenal. Karena ngga sedikit juga yang
akhirnya modus untuk bisa dapetin suatu hal. Akhirnya yang terjadi apa? Seseorang
yang mau melakukan sesuatu entah niatnya itu baik atau nggak faktanya selalu
dinilai buruk. Seperti kemarin ketika teman saya kehilangan handphone pas mau
pulang. Dia udah mikir macem-macem. Dalam pikirannya ia terus berasumsi bahwa
yang ngambil jahatlah, ngeselin, tega sampe akhirnya dia kirim pesan-pesan
mengancam karena udah ngerasa sangat
dirugikan. Bahkan untuk dapetin hpnya dia sampe mau ngejar dan nyamperin kesana
karena tau posisi Hp itu lewat aplikasi. Walaupun ujung-ujungnyadia nyerah
karena orang yang ngambil udah telalu jauh buat dikejar.
Besoknya ternyata Hpnya balik lagi karena orang yang
ngambil balikin HP teman saya. Orang yang nemuin adalah seorang ibu dan kemudian
ibu itu bercerita bahwa dia mengambil HP itu karena dia menemukannya dijalan
dan tergeletak. Ibu tersebut sudah punya niatan baik untuk mengambalikannya
hanay memang ia bawa pulang dulu untuk sementara. Ibu itu mengaku meresa sakit
hati karena menganggap teman saya ini terus menerornya. Tapi alhamdulillah
semuanya elesai dan ibu tersebut memaafkannya.
Pernah ngerasain hal demikian? Saya rasa pasti ada yang pernah melakukan
hal demikian.
Contoh lain misalnya ketika kita sedang berjalan lalu ada
pengemis yang lewat depan kita dan minta sedekah dari kita. Mungkin ada sebagian
dari kita yang enggan untuk memberi karena pengalaman melihat berit bahwa
ternyata penghasilan dari mengemis bisa mencapai ratusan ribu dalam sehari. Terlepas
bener atau ngga, faktanya saya juga pernah berpikir demikian. Sebetulnya wajar,
kenapa? Ya karena apa yang muncul berasal dari apa yang kita peroleh terlepas
apakah itu sebuah fakta atau hanya sekedar asumsi. Padahal jika kita seorang
muslim menghukumi itu hanya pada sesuatu yang tampak (Nahnu nahkum bi dzohir).
Ketika itu baru sebuah asumsi maka bertabayunah. Jangan sampai kita sudah
berburuk sangka pada seseorang namun nyata itu muncul hanya dari asumsi kita
saja. Dalam Alquran Allah Ta'ala berfirman.
"Artinya: Hai orang-orang yang
beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian
tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan
orang lain." [TQS. Al-Hujurat: 12]
Rasulullah juga telah mengajarkan kepada
kita untuk tidak berprasanka buruk terhadap sesama manusia terlebih kepada
sesama muslim. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya: Berhati-hatilah kalian dari
tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah seduta-dusta ucapan.
Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling
memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci.
Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara" [Diriwayatkan oleh
Al-Bukhari hadits no. 6064 dan Muslim hadits no. 2563]
Bahkan Umar Bin Khattab juga pernah berkata
"Janganlah engkau berprasangka terhadap
perkataan yang keluar dari saudaramu yang mukmin kecuali dengan persangkaan
yang baik. Dan hendaknya engkau selalu membawa perkataannya itu kepada
prasangka-prasangka yang baik"
Semoga bisa belajar dari apa yang telah agama ini ajarkan
serta lebih bijak menilai seseorang sebab hubungan yang baik lahir dari
prasangka yang baik pula. Wallahu’alam
Komentar
Posting Komentar