Langsung ke konten utama

Berbaik Sangka (ODOP Day 12 of 99)

Ditengah kondisi sekarang emang sulit untuk percaya dengan orang yang baru atau belum kita kenal. Karena ngga sedikit juga yang akhirnya modus untuk bisa dapetin suatu hal. Akhirnya yang terjadi apa? Seseorang yang mau melakukan sesuatu entah niatnya itu baik atau nggak faktanya selalu dinilai buruk. Seperti kemarin ketika teman saya kehilangan handphone pas mau pulang. Dia udah mikir macem-macem. Dalam pikirannya ia terus berasumsi bahwa yang ngambil jahatlah, ngeselin, tega sampe akhirnya dia kirim pesan-pesan mengancam  karena udah ngerasa sangat dirugikan. Bahkan untuk dapetin hpnya dia sampe mau ngejar dan nyamperin kesana karena tau posisi Hp itu lewat aplikasi. Walaupun ujung-ujungnyadia nyerah karena orang yang ngambil udah telalu jauh buat dikejar.
Besoknya ternyata Hpnya balik lagi karena orang yang ngambil balikin HP teman saya. Orang yang nemuin adalah seorang ibu dan kemudian ibu itu bercerita bahwa dia mengambil HP itu karena dia menemukannya dijalan dan tergeletak. Ibu tersebut sudah punya niatan baik untuk mengambalikannya hanay memang ia bawa pulang dulu untuk sementara. Ibu itu mengaku meresa sakit hati karena menganggap teman saya ini terus menerornya. Tapi alhamdulillah semuanya elesai dan ibu tersebut memaafkannya.
Pernah ngerasain hal demikian? Saya rasa pasti ada yang pernah melakukan hal demikian.
Contoh lain misalnya ketika kita sedang berjalan lalu ada pengemis yang lewat depan kita dan minta sedekah dari kita. Mungkin ada sebagian dari kita yang enggan untuk memberi karena pengalaman melihat berit bahwa ternyata penghasilan dari mengemis bisa mencapai ratusan ribu dalam sehari. Terlepas bener atau ngga, faktanya saya juga pernah berpikir demikian. Sebetulnya wajar, kenapa? Ya karena apa yang muncul berasal dari apa yang kita peroleh terlepas apakah itu sebuah fakta atau hanya sekedar asumsi. Padahal jika kita seorang muslim menghukumi itu hanya pada sesuatu yang tampak (Nahnu nahkum bi dzohir). Ketika itu baru sebuah asumsi maka bertabayunah. Jangan sampai kita sudah berburuk sangka pada seseorang namun nyata itu muncul hanya dari asumsi kita saja. Dalam Alquran Allah Ta'ala berfirman.
"Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain." [TQS. Al-Hujurat: 12]
Rasulullah juga telah mengajarkan kepada kita untuk tidak berprasanka buruk terhadap sesama manusia terlebih kepada sesama muslim. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya: Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah seduta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara" [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari hadits no. 6064 dan Muslim hadits no. 2563]
Bahkan Umar Bin Khattab juga pernah berkata "Janganlah engkau berprasangka terhadap perkataan yang keluar dari saudaramu yang mukmin kecuali dengan persangkaan yang baik. Dan hendaknya engkau selalu membawa perkataannya itu kepada prasangka-prasangka yang baik"
Semoga bisa belajar dari apa yang telah agama ini ajarkan serta lebih bijak menilai seseorang sebab hubungan yang baik lahir dari prasangka yang baik pula. Wallahu’alam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

3 Hal yang Bisa Diambil dalam Film "Miskin Susah Kaya Susah"

Beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah film tahun 2013 yang berjudul "Miskin Susah, Kaya Susah". Film ini diangkat dari sebuah cerpen berjudul "Pispot" karya Hamsad Rangkuti. Film ini sempat tayang di salah satu stasiun TV swasta di negeri ini.  Berkisah tentang sepasang suami istri miskin yang hidupnya begitu nelangsa di sebuah kampung kumuh di pinggiran kota. Mas Karyo (Epy Kusnandar) hanyalah seorang tukang tambal ban. Namun kenyataan pahit harus ia terima saat anaknya Tini menderita sakit tumor otak. Saroh, Sang istri meminta suaminya untuk membawa anaknya ke rumah sakit agar bisa ditolong dan ditangani pihak medis.  Mas Karyo menunggu orang yang mampir ke lapak tambal bannya Namun nasib ! ia hanya seorang tukang tambal ban yang tak punya penghasilan tetap. Di sisi lain ia merasa bimbang dan khawatir dengan kondisi Tini.berbagai upaya ia lakukan dari meminjam uang hingga menjual TV, satu-satunya barang berharga yang ia miliki. Namun...

Lakukan Hal ini untuk jadi Public Speaker yang Handal

Dua belas tahun lalu saya adalah mahasiswa yang cukup aktif dalam organisasi kampus. Saya sempat aktif sebagai anggota BEM fakultas dan masuk bidang Penalaran dimana salah satu fokusnya adalah mengadakan seminar atau workshop di tingkat fakultas. Pengalaman inilah yang saat itu membuat kemampuan public speaking saya meningkat meski saya belum pernah menjadi pembicara dalam sebuah event .  Saat itu, saya cukup aktif memberikan komentar atau pertanyaan saat berada dalam forum diskusi. Ya, meski rasa grogi bahkan takut melakukan kesalahan dalam berpendapat namun saya terus memberanikan diri untuk berbicara di publik.  Dua belas tahun berlalu, saya berpikir kemampuan itu seolah tak terpakai terlebih setelah saya menikah dan mempunyai anak. Saya lebih banyak belajar tentang sesuatu yang dekat dengan keseharian saya sebagai seorang istri dan ibu. Hingga suatu hari saya pernah diminta untuk mengisi diskusi kecil tentang kepenulisan karena saya aktif menulis di media dan juga menulis...

Negeri Tanpa Rasa (ODOP Day 27 of 99)

                                          https://www.youtube.com/watch?v=79FQRiBPPPQ Judul diatas merupakan salah satu judul film pendek berdurasi lima menit(diposting oleh akun Youtube: Ihsan Nur Azizi) yang cukup membuat saya tertarik sebab realitasnya ada dan terasa. Kebetulan sedang iseng mencari film-film pendek yang berisi kritik sosial,  akhirnya terpaut dengan film ini untuk sedikit memberi inspirasi opini lewat film tersebut.   Film ini menggambarkan tentang kondisi Indonesia dan rasanya sepertinya saya tidak perlu menggambarkan ulang lewat tulisan ini sebab apa yang ada dalam film tersebut sudah kita lihat sendiri baik lewat TV, sosial media atau langsung di depan mata kita sendiri. Negeri ini memang sudah “mati” rasa. Tak ada rasa iba terhadap sesama, tak punya rasa malu bahkan rasa-rasanya pemimpin negeri inipun telah lupa diri. Lihat saja, tak han...