Langsung ke konten utama

Jika Hilang Waktu Maka Menyesal Tiada Guna (ODOP Day 4 of 99)


          Tak ada kerugian yang paling besar selain kehilangan waktu. Hanya penyesalan yang bisa diratapi. Padahal melalui ayat-ayat-Nya, Allah SWT telah memberikan peringatan bagi manusia sebagai makhluk berakal. Betapa manusia selalu dalam kerugian.

“Demi Waktu. Sesungguhnya manusia selalu dalam kerugian” (Al ‘Ashr :1-2)

Dalam ayat lain disebutkan pula

“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata, ‘Alangkah baiknya andaikan kami taat kepada Allah dan taat (pula)kepada Rasul ( TQS. Al Ahzab : 66)

Tak hanya satu dua ayat saja Allah berbicara tentang waktu yang takkan kembali. Puluhan ayat berbicara tentang celakanya orang yang menyia-nyiakan waktu dan akalnya. Namun tak sedikit dari manusia melalaikan peringatan ini. Bahkan Rasulullah sebagai penyampai risalahpun telah memberikan gambaran mengenai apa yang akan Allah minta untuk dipertanggungjawabkan oleh manusia. Dalam hadits yang cukup panjang Rasulullah ingin menggambarkan perkara-perkara yang Allah tanyakan.

“Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam dihari kiamat dari sisi Rabb-Nya, hingga dia ditanya tentang lima perkara (yaitu) tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya darimana ia dapatkan, dan dalam hal apa (hartanya tersebut) ia belanjakan dan apa saja yang telah ia perbuat dari ilmu yang dimilikinya.”( HR. Ath tirmidzi no. 2416, Ath Thabrani dalam Al-Mu’jam Al Kabir jilid 10 hal 8 hadits no. 9722 dan hadits ini telah dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah al Ahadits Ashahihah no. 946)
Sungguh bahwa setiap perkataan dan perbuatan kita akan dihisab dan takkan ada yang luput dari perhitungan Allah SWT. Namun, Seseorang yang mempunyai keimanan terhadap kehidupan akhirat tentunya akan benar-benar memanfaatkan umur dan masa mudanya sebaik mungkin. Dia akan mengisi hari-harinya dengan hal yang bermanfaat. disaat dia lalai dan berbuat salah kepada Allah, iapun akan segera bertaubat. 
Lihatlah bagaimana Ibnu al Qoyyim membandingkan antara kematian dan hilangnya waktu 
“Kehilangan waktu itu lebih sulit daripada kematian, karena kehilangan waktu membuatmu jauh dari Allah dan hari Akhir, sementara kematian membuatmu jauh dari kehidupan dunia dan penghuninya saja”
   Semoga kita menjadi bagian dari orang-orang yang beruntung. Sebagaimana yang digambarkan dalam al Quran tentang pengecualian diantara manusia-manusia yang ada dalam kerugian 
"Kecuali .orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran." (TQS. Al Ashr : 3)
Wallahu'alam


Garut, sore hari yang dingin selepas hujan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

3 Hal yang Bisa Diambil dalam Film "Miskin Susah Kaya Susah"

Beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah film tahun 2013 yang berjudul "Miskin Susah, Kaya Susah". Film ini diangkat dari sebuah cerpen berjudul "Pispot" karya Hamsad Rangkuti. Film ini sempat tayang di salah satu stasiun TV swasta di negeri ini.  Berkisah tentang sepasang suami istri miskin yang hidupnya begitu nelangsa di sebuah kampung kumuh di pinggiran kota. Mas Karyo (Epy Kusnandar) hanyalah seorang tukang tambal ban. Namun kenyataan pahit harus ia terima saat anaknya Tini menderita sakit tumor otak. Saroh, Sang istri meminta suaminya untuk membawa anaknya ke rumah sakit agar bisa ditolong dan ditangani pihak medis.  Mas Karyo menunggu orang yang mampir ke lapak tambal bannya Namun nasib ! ia hanya seorang tukang tambal ban yang tak punya penghasilan tetap. Di sisi lain ia merasa bimbang dan khawatir dengan kondisi Tini.berbagai upaya ia lakukan dari meminjam uang hingga menjual TV, satu-satunya barang berharga yang ia miliki. Namun...

Lakukan Hal ini untuk jadi Public Speaker yang Handal

Dua belas tahun lalu saya adalah mahasiswa yang cukup aktif dalam organisasi kampus. Saya sempat aktif sebagai anggota BEM fakultas dan masuk bidang Penalaran dimana salah satu fokusnya adalah mengadakan seminar atau workshop di tingkat fakultas. Pengalaman inilah yang saat itu membuat kemampuan public speaking saya meningkat meski saya belum pernah menjadi pembicara dalam sebuah event .  Saat itu, saya cukup aktif memberikan komentar atau pertanyaan saat berada dalam forum diskusi. Ya, meski rasa grogi bahkan takut melakukan kesalahan dalam berpendapat namun saya terus memberanikan diri untuk berbicara di publik.  Dua belas tahun berlalu, saya berpikir kemampuan itu seolah tak terpakai terlebih setelah saya menikah dan mempunyai anak. Saya lebih banyak belajar tentang sesuatu yang dekat dengan keseharian saya sebagai seorang istri dan ibu. Hingga suatu hari saya pernah diminta untuk mengisi diskusi kecil tentang kepenulisan karena saya aktif menulis di media dan juga menulis...

Negeri Tanpa Rasa (ODOP Day 27 of 99)

                                          https://www.youtube.com/watch?v=79FQRiBPPPQ Judul diatas merupakan salah satu judul film pendek berdurasi lima menit(diposting oleh akun Youtube: Ihsan Nur Azizi) yang cukup membuat saya tertarik sebab realitasnya ada dan terasa. Kebetulan sedang iseng mencari film-film pendek yang berisi kritik sosial,  akhirnya terpaut dengan film ini untuk sedikit memberi inspirasi opini lewat film tersebut.   Film ini menggambarkan tentang kondisi Indonesia dan rasanya sepertinya saya tidak perlu menggambarkan ulang lewat tulisan ini sebab apa yang ada dalam film tersebut sudah kita lihat sendiri baik lewat TV, sosial media atau langsung di depan mata kita sendiri. Negeri ini memang sudah “mati” rasa. Tak ada rasa iba terhadap sesama, tak punya rasa malu bahkan rasa-rasanya pemimpin negeri inipun telah lupa diri. Lihat saja, tak han...