Langsung ke konten utama

Menjaga Komitmen (ODOP Day 7 of 99)



Pernah ngga ngerasa kacau sama pola hidup?
Bingung mau mulai lagi darimana?
Atau pernah ngerasa pas evaluasi diri terus kita nanya ‘apa ya yang salah?’
Nah jika kamu pernah ngalamin itu bisa jadi  karena kamu tak konsisten pada apa yang kamu rencanakan
Ya, bisa jadi kita begitu rapi dan semangat ketika memulai sebuah komitmen. Misalnya saja komitmen untuk konsisten sholat diawal waktu. Tidak sedikit dari kita sampai menuliskannya dengan rapi dan kemudian kita pajang di kamar kita. Tapi nyatanya komitmen yang kita buat hanya sebuah tulisan yang terpajang rapi. Tak sedikit dari kita hanya sedikit diawal. Layaknya rumput kering yang terbakar. Cepat menyala tapi cepat pula habis dan kemudian mati. Dan begitulah realitasnya. Atau contoh lain seperti ketika kita menuliskan cita-cita tertentu kemudian kita menuliskan pula komitmen-komitmen untuk bisa mencapainya. Lihatlah beberapa waktu kemudian, faktanya kita hanay konsisten diminggu-minggu awalnya saja. Balik lagi hal tersebut karena kita tak mampu menjaga komitmen yang telah kita buat. Lalu bagaimana caranya agar konsisten terhadap komitmen?
Pertama, kita harus meyakini kenapa dan untuk apa komitmen itu dibuat?
Hal ini penting sebab kita jadi akan punya alasan kuat untuk terus bergerak mewujudkan apa-apa yang sudah kita buat.
Kedua, mulailah mengatur atau menajemen ulang pola hidup kita. Waktu, tenaga bahkan mungkin uang kita. Yang penting dari manajemen ini adalah meminimalisir kemungkinan-kemungkinan yang tidak kita inginkan. Jika hal yang tidak kita inginkan terjadi, maka sedari awal siapkanlah planning lain agar tidak jauh dari apa yang sudah kita buat. dan 
Ketiga adalah fokus pada apa yang kita tuju. Sebab fokus utama itu hanay satu. Jika kita telah membuat komitmen maka hanya akan ada dua hal yang terlihat. Tujuan atau kendala. Jika kita fokus pada tujuan, maka kendala sebesar apapun akan kita hadapi selama keyakinan pada tujuan itu masih ada. Namun jika fokus kita pada kendala, maka kita tidak akan pernah sampai pada tujuan kita sebab kita terlalu banyak memikirkan resiko ketika menemui sebuah kendala.
Nah, jika ketiga hal tersebut sudah kita kita buat dan lakukan, insyaallah kita akan mampu menjaga komitmen yang sudah kita buat sehingga kita bisa meraih apa yang sudah kita rencanakan..:)
Silahkan mencoba J


Komentar

Postingan populer dari blog ini

3 Hal yang Bisa Diambil dalam Film "Miskin Susah Kaya Susah"

Beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah film tahun 2013 yang berjudul "Miskin Susah, Kaya Susah". Film ini diangkat dari sebuah cerpen berjudul "Pispot" karya Hamsad Rangkuti. Film ini sempat tayang di salah satu stasiun TV swasta di negeri ini.  Berkisah tentang sepasang suami istri miskin yang hidupnya begitu nelangsa di sebuah kampung kumuh di pinggiran kota. Mas Karyo (Epy Kusnandar) hanyalah seorang tukang tambal ban. Namun kenyataan pahit harus ia terima saat anaknya Tini menderita sakit tumor otak. Saroh, Sang istri meminta suaminya untuk membawa anaknya ke rumah sakit agar bisa ditolong dan ditangani pihak medis.  Mas Karyo menunggu orang yang mampir ke lapak tambal bannya Namun nasib ! ia hanya seorang tukang tambal ban yang tak punya penghasilan tetap. Di sisi lain ia merasa bimbang dan khawatir dengan kondisi Tini.berbagai upaya ia lakukan dari meminjam uang hingga menjual TV, satu-satunya barang berharga yang ia miliki. Namun...

Aktif kembali!

  sudah lebih dari setahun lewat beberapamhari akhirnya saya kembali membuka blog ini. tulisan pertama tahun ini, kira-kira tentang apa ya?  akhirnya diputuskan bahwa tulisan tahun ini akan dimulai tentang serba-serbi ilmu tentang rumah tangga. kenapa? karena kajian atau ilmu rumah tangga masih sangat sedikit. padahal ilmu rumah tangga ini sangatlah penting. tidak kalah pentingnya dengan ilmu parenting. So, tunggu postingan selanjutnya ya.  Jangan lupa follow blogku ya 😘 sekian

Membangun Asa Pemerataan Pendidikan di Wilayah Timur Indonesia bersama PFP

Sumber : pixabay.com Sudah tahun 2024, namun pemerataan pendidikan masih jadi PR di negeri ini . Negeri yang punya potensi besar, namun masyarakatnya masih jauh dari mimpi SDM yang berkualitas. Namun kita tak patut hanya mengkritik tanpa ada aksi nyata.  Ada cerita yang sering aku  dengar dari Ayahku, saat aku kecil. Dulu, ayahku  bercerita bahwa  ia sangat ingin sekali mengenyam pendidikan hingga Perguruan tinggi. Saat itu, ayahku adalah seorang siswa SMK. Namun saat beliau masih kelas dua,  keinginannya untuk bisa masuk perguruan tinggi harus kandas karena perubahan kebijakan di negeri ini. Beliau pun akhirnya bertekad agar semua anaknya bisa merasakan belajar hingga ke perguruan tinggi dan mimpi itu terwujud. Semua anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi.  Jika ayahku punya mimpi agar semua anak-anaknya bisa merasakan bangku kuliah, maka begitupun yang dilakukan oleh Bhrisco Jordy Dudi Padatu. Pemuda kelahiran Jayapura yang punya s...