Langsung ke konten utama

Membaca : Memungut Simpul-Simpul Kata Bermakna (ODOP Day 13 of 99


Membaca bagi sebagian orang menjadi aktivitas yang membosankan dan membuat ngantuk. Dan sayangnya, ternyata minat baca masyarakat indonesia sangatlah rendah. Riset tahun 2014 yang dilansir oleh UNESCO bahwa 1: 100 orang indonesia yang gemar membaca. Dalam riset lain bertajuk The World’s most literate nations yang dilansir oleh central   connecticut state University pada tahun 2016 bahwa posisi minat baca orang indonesia menempati urutan ke-60 dari 61 negara.
Terbayang ya, betapa rendahnya keinginan bahkan kebutuhan masyarakat kita untuk membaca buku. Bisa dibilang rata-rata orang indonesia hanya membaca 1 buku dalam setahun. Jika pun daca sampai selesai ternyata kebanyakan dari kita hanya mengulang sekali atau dua kali. Padahal prinsip membaca itu sama seperti ketika kita ngegym. Jika kita menginginkan tubuh yang ideal maka tak cukup satu kali melakukannnya. Begitupun dengan membaca. Jika kita menginginkan pengetahuan yang mendalam pada apa yang kita baca maka bacalah berulang-ulang. Sebab buku yang sama yang kita baca diwaktu yang berbeda akan memberi pengetahuan yang berbeda.
Bagi seorang muslim membaca tentulah sangat penting bahkan ayat al quran yang turun pertama kali  adalah perintah untuk membaca. Membaca dekat dengan agama kita sendiri. Wajarlah jika kita lihat para generasi salafussalih begitu sangat gemar membaca. Tak hanya sekali tapi puluhan bahkan hingga ratusan kali.  Imam Al Muzani adalah salah satu murid Imam Syafi’i pernah berkata : “ Aku membaca kitab Ar Risalah imam Syafi’i sebanyak 500 kali dan tidaklah aku membacanya berulang-ulang kecuali aku mendapatkan faidah baru yang belum aku temui pada saat membaca sebelumnya. (Kitab Tamamuminnah ‘ala Syarh Sunnah Al Muzany karya Syaikhuna Kholid Mahmud Al Juhany Hafidzullah ta’ala)
Imam an nawawi ketika menulis biografi Imam Abdul qodir bin Muhammad Al Farisi berkata “ Al hafizh Al Hasan  As samarqandi membaca shahih muslim lebih dari 30 kali dan Abu Sa’id al Buhairi membaca Shahih Muslim dihadapannya lebih dari 20 kali. Sungguh bagi generasi muslim buku adalah teman bagi mereka. Bahkan Imam Al Ghozali pernah bekata “sebaik-baiknya teman dalam setiap zaman adalah buku.”

Semoga kita menjadi bagian dari orang-orang yang gemar membaca buku.dan bagi saya pribadi, membaca adalah cara kita mengumpulkan kata-kata penuh benak dalam pikiran kita agar bertambah wawasan dan ketundukan kita dihadapan Allah SWT.  Walllahualam

Komentar

Nurjihan Begum Amir mengatakan…
Hai teteh..aku bakal jadi pengunjung setia ����

Postingan populer dari blog ini

3 Hal yang Bisa Diambil dalam Film "Miskin Susah Kaya Susah"

Beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah film tahun 2013 yang berjudul "Miskin Susah, Kaya Susah". Film ini diangkat dari sebuah cerpen berjudul "Pispot" karya Hamsad Rangkuti. Film ini sempat tayang di salah satu stasiun TV swasta di negeri ini.  Berkisah tentang sepasang suami istri miskin yang hidupnya begitu nelangsa di sebuah kampung kumuh di pinggiran kota. Mas Karyo (Epy Kusnandar) hanyalah seorang tukang tambal ban. Namun kenyataan pahit harus ia terima saat anaknya Tini menderita sakit tumor otak. Saroh, Sang istri meminta suaminya untuk membawa anaknya ke rumah sakit agar bisa ditolong dan ditangani pihak medis.  Mas Karyo menunggu orang yang mampir ke lapak tambal bannya Namun nasib ! ia hanya seorang tukang tambal ban yang tak punya penghasilan tetap. Di sisi lain ia merasa bimbang dan khawatir dengan kondisi Tini.berbagai upaya ia lakukan dari meminjam uang hingga menjual TV, satu-satunya barang berharga yang ia miliki. Namun...

Lakukan Hal ini untuk jadi Public Speaker yang Handal

Dua belas tahun lalu saya adalah mahasiswa yang cukup aktif dalam organisasi kampus. Saya sempat aktif sebagai anggota BEM fakultas dan masuk bidang Penalaran dimana salah satu fokusnya adalah mengadakan seminar atau workshop di tingkat fakultas. Pengalaman inilah yang saat itu membuat kemampuan public speaking saya meningkat meski saya belum pernah menjadi pembicara dalam sebuah event .  Saat itu, saya cukup aktif memberikan komentar atau pertanyaan saat berada dalam forum diskusi. Ya, meski rasa grogi bahkan takut melakukan kesalahan dalam berpendapat namun saya terus memberanikan diri untuk berbicara di publik.  Dua belas tahun berlalu, saya berpikir kemampuan itu seolah tak terpakai terlebih setelah saya menikah dan mempunyai anak. Saya lebih banyak belajar tentang sesuatu yang dekat dengan keseharian saya sebagai seorang istri dan ibu. Hingga suatu hari saya pernah diminta untuk mengisi diskusi kecil tentang kepenulisan karena saya aktif menulis di media dan juga menulis...

Negeri Tanpa Rasa (ODOP Day 27 of 99)

                                          https://www.youtube.com/watch?v=79FQRiBPPPQ Judul diatas merupakan salah satu judul film pendek berdurasi lima menit(diposting oleh akun Youtube: Ihsan Nur Azizi) yang cukup membuat saya tertarik sebab realitasnya ada dan terasa. Kebetulan sedang iseng mencari film-film pendek yang berisi kritik sosial,  akhirnya terpaut dengan film ini untuk sedikit memberi inspirasi opini lewat film tersebut.   Film ini menggambarkan tentang kondisi Indonesia dan rasanya sepertinya saya tidak perlu menggambarkan ulang lewat tulisan ini sebab apa yang ada dalam film tersebut sudah kita lihat sendiri baik lewat TV, sosial media atau langsung di depan mata kita sendiri. Negeri ini memang sudah “mati” rasa. Tak ada rasa iba terhadap sesama, tak punya rasa malu bahkan rasa-rasanya pemimpin negeri inipun telah lupa diri. Lihat saja, tak han...